Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kloset Berlapis Emas Masih Berfungsi Dilelang, Ditaksir Laku Rp167 Miliar
Advertisement . Scroll to see content

Novichok Lebih Mematikan dari VX, Racun untuk Bunuh Kim Jong Nam

Selasa, 13 Maret 2018 - 11:57:00 WIB
Novichok Lebih Mematikan dari VX, Racun untuk Bunuh Kim Jong Nam
Petugas inggris memakai helm saat menyelidiki zat kimia yang menyerang Sergei Skripal. (Foto: London News Picture)
Advertisement . Scroll to see content

LONDON, iNews.id - Racun untuk menyerang mantan agen Rusia, Sergei Skripal (66), dan putrinya, Yulia (33), diidentifikasi bernama Novichok, yang berarti 'pendatang baru' dalam bahasa Rusia. Racun ini disebut Pemerintah Inggris sangat berbahaya, bahkan lebih mematikan dibanding zat kimia lain.

Salah satu bahan kimia pembuat Novichok, yaitu A-230, disebut 5 hingga 8 kali lebih beracun daripada zat saraf VX. Bahkan Novichok dapat membunuh seseorang kurang dari 4 menit.

"Ini adalah zat yang lebih berbahaya dan canggih daripada sarin atau VX dan lebih sulit untuk diidentifikasi," kata Profesor Gary Stephens, seorang farmakolog Universitas Reading, seperti diberitakan BBC, Rabu (13/3/2019).

VX merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membunuh saudara tiri Kim Jong Un, Kim Jong Nam, di Kuala Lumpur, Malaysia, pada tahun lalu.

Berdasarkan penyelidikan Pemerintah Amerika Serikat (AS), disimpulkan Korea Utara (Korut) memerintahkan membunuh King Jong Nam menggunakan VX.  Kim Jong Nam meninggal setelah wajahnya disemprot bahan kimia oleh dua perempuan.

Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May mengecam Rusia karena diduga kuat menjadi dalang penyerangan terhadap Skripal. Pasalnya, Novichok pernah dikembangkan secara rahasia oleh Uni Soviet pada 1970 dan 1980-an.

"Percobaan pembunuhan dengan menggunakan zat saraf kelas militer di sebuah kota di Inggris bukan hanya sebuah kejahatan terhadap Skripal. Itu tindakan sembarangan dan ceroboh melawan Inggris, yang membuat kehidupan warga sipil tak berdosa terancam," kata May.

Tuduhan terhadap Rusia ini juga didasarkan pada catatan bersejarah Rusia di masa lalu. Rusia cenderung membunuh para pembelot di negaranya.

"(Ini berdasarkan) jejak Rusia yang melakukan pembunuhan yang didukung oleh negara dan penilaian kami bahwa Rusia memandang beberapa pembelot sebagai target yang sah untuk dibunuh," ujar May, menambahkan.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut