Pahlawan Perang Korea Ragukan Prospek Perdamaian Trump-Kim Jong Un
SEOUL, iNews.id - Seorang pahlawan perang Korea, Choi Deuk Soo, meragukan pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong Un. Choi ragu pertemuan keduanya bisa membuahkan perdamaian.
Dia tahu apa saja yang dipertaruhkan jika perundingan AS-Korut gagal, dan meragukan terobosan yang akan terjadi.
Lelaki berusia 91 tahun itu merupakan salah satu dari lima orang yang masih hidup yang dianugerahi medali militer tertinggi Korea Selatan (Korsel), Taeguk. Penghargaan ini diberikan sebagai balasan keberaniannya mempertaruhkan nyawa di sebuah bukit yang dikuasai musuh di tahap akhir Perang Korea pada 1950-1953.
"Saya benci perang," kata Choi kepada AFP, di apartemennya di Incheon, Seoul, Selasa (29/5/2018).
Selama wawancara, dia kerap mememinta maaf karena pendengarannya yang buruk akibat tembakan senapan mesin berat selama berjam-jam selama pertempuran mengusir pasukan China yang datang membantu Pasukan komunis Korut.
Perang itu menyebabkan gencatan senjata dan kedua Korea dibagi oleh zona demiliterisasi. Ini merupakan luka Perang Dingin yang masih hidup hingga saat ini, dan Presiden Donald Trump telah berjanji akan memerangi ancaman yang diajukan oleh rezim bersenjata otoriter Korut, baik melalui pembicaraan dengan Kim Jong Un maupun dengan 'api dan kemarahan'.
Choi, yang berbicara kepada AFP sebelum Trump membatalkan pertemuan dengan Kim hanya untuk melihat bagaimana respons Korut atas keputusannya itu, tidak yakin dengan manuver diplomatik yang terjadi belakangan ini.
"Perang lain mungkin akan terjadi di masa depan, mungkin ratusan tahun dari sekarang, agar kedua pihak bersatu kembali. Saya ragu apakah kesepakatan dengan Kim Jong Un akan berlangsung lama karena semua orang Korea Utara tertarik dengan imbalan materi," kata dia.
Choi juga mempertanyakan apakah Korut benar-benar berkomitmen menyerahkan senjata nuklirnya atau benar-benar hanya mencari perdamaian.
Meski menyambut baik kesediaan Trump berbicara dengan Kim, dia khawatir semakin banyak anggota pemerintah AS yang marah, terutama Penasihat Keamanan Nasional John Bolton, seorang elang Korut yang terkenal.
Awal bulan ini Bolton, yang diikuti Wakil Presiden Mike Pence, mengangkat momok soal pemimpin Libya Moamer Khadafi, yang menyerahkan senjata nuklirnya hanya untuk mati beberapa tahun kemudian di tangan pemberontak yang didukung AS.
Perbandingan itu memicu amarah pihak Korut.
"Laki-laki berkumis tebal itu hampir meledakkannya dengan pernyataan yang sembrono dan tidak perlu," kata Choi, mengacu pada Bolton.
Bulan lalu, seperti jutaan orang lain, Choi menyaksikan ketika presiden Korea Selatan Moon Jae In bertemu dengan Kim di Zona Demiliterisasi. Mereka berjabatan tangan dan, atas undangan Kim, Moon dengan cepat melangkah ke garis wilayah Korut.
"Saya pikir ini merupakan hal yang baik," ujar Choi saat mengingat tentang momen tersebut.
"Tapi kemudian saat berikutnya, aku bertanya-tanya berapa lama semua ini akan berlangsung kali ini," tambahnya.
Sebelumnya, Presiden Donald Trump membatalkan pertemuan dengan Kim Jong Un, Kamis (24/5). Melalui akun Twitter-nya, Trump mengunggah surat terbuka kepada Kim untuk mengumumkan pembatalan pertemuan yang sedianya digelar di Singapura pada 12 Juni.
Trump menyebut, pertemuan itu sebenarnya tidak perlu dan tetap akan merugikan dunia. Dia juga menyebut alasan pembatalan, salah satunya Korut melancarkan perselisihan terbuka dengan AS.
Namun Trump menyambut positif respons yang disampaikan Korea Utara (Korut) terkait keputusannya itu. Meski menyayangkan keputusan itu, Wakil Menteri Luar Negeri Korut Kim Kye Gwan menyatakan dengan gaya santun bahwa 'solusi gaya Trump' merupakan langkah bijaksana untuk meredakan kekhawatiran kedua pihak.
Dia menegaskan, Korut siap menyelesaikan segala masalah dengan AS kapan saja dalam setiap cara.
Trump pun menyebut respons Korut tersebut sebagai kabar baik. Pertemuan Trump-Kim sedang diatur ulang oleh kedua delegasi di Desa Panmunjom, Zona Demiliterisasi.
Editor: Nathania Riris Michico