Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Presiden Prabowo Kunjungi Australia Rabu Lusa, bakal Bertemu PM Albanese
Advertisement . Scroll to see content

Pakar: Perlakukan Covid seperti Flu Berarti Kematian

Selasa, 06 Juli 2021 - 17:00:00 WIB
Pakar: Perlakukan Covid seperti Flu Berarti Kematian
Para pakar kesehatan memperingatkan agar Covid tak diperlakukan seperti flu (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

SYDNEY, iNews.id - Para pakar memperingatkan agar negara-negara tidak memperlonggar langkah pencegahan dalam menghadapi Covid-19. Tindakan itu hanya akan menambah jumlah kematian.

Epidemiolog khawatir rencana beberapa negara untuk memperlakukan Covid seperti flu akan memicu gelombang kasus kematian baru.

Australia termasuk negara yang akan melonggarkan pembatasan Covid. Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan Covid akan diperlakukan seperti flu begitu tingkat vaksinasi mencapai 80 persen dari populasi.

"Kami, Australia, merampungkan ini, dan Anda bisa melihat apa yang ada di sisi lain,. Bila seperti flu, kita harus memperlakukannya seperti flu dan itu berarti tidak ada lockdown," katanya, saat memperkenalkan road map Australia terbebas dari lockdown.

Australia menyiapkan empat tahap sampai tak ada lagi penerapan lockdown pada 2022.

Negeri Kangguru termasuk salah satu negara yang menerapkan pembatasan paling ketat, mewajibkan pendatang untuk karantina di hotel selama 2 pekan dan melarang warganya melancong ke luar negeri jika tak penting.

Namun para pejabat kesehatan memperingatkan rencanan itu bisa menjadi malapetaka.

"Kita bisa menjalani kehidupan normal, tapi saya kira akan ada lebih banyak orang meninggal," kata Nancy Baxter, dari Departemen Kesehatan Global Universitas Melbourne.

Pakar lainnya Suman Majumdar mengatakan, kebijakan 'membebaskan virus' merupakan kesalahan. Menurut dia, Covid tak bisa disejajarkan dengan flu, melainkan campak.

"Ketimbang flu, saya ingin mengatakan campak mungkin lebih mirip, karena campak merupakan bencana jika merajalela di populasi yang tidak divaksinasi," ujarnya.

Dia juga memperingatkan masker akan diwajibkan untuk beberapa lama, terutama di tempat-tempat berisiko tinggi seperti bus, kereta api, dan dalam ruangan kecil.

Selain Australia, Inggris juga akan melonggarkan pembatasan mulai 19 Juli. Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan, warganya harus belajar hidup berdampingan dengan virus corona.

Inggris akan mencabut aturan wajib mengenakan masker, tak menetapkan batas berkumpul, melonggarkan jarak sosial, serta soal WFH.

Sementara itu otoritas kesehatan di seluruh dunia dalam kondisi siaga tinggi setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan ancaman Covid-19 varian Lambda (C37) yang lebih menular, bahkan dibandingkan Delta.

WHO memasukkan varian yang pertama kali ditemukan di Peru ini dalam daftar menjadi perhatian global pada 14 Juni.

Mutasi pada varian ini meningkatkan penularan dan serta mengurangi keefektivitasan vaksin. Meski demikian WHO mengakui belum ada bukti yang cukup mendukung. 

“Sejauh ini kami tidak melihat indikasi bahwa varian Lambda lebih agresif. Mungkin saja memiliki tingkat penularan lebih tinggi, tapi perlu penelitian lebih lanjut untuk itu,” kata virolog WHO, Jairo Mendez Rico, kepada DW.

Menurut dia, ada kemungkinan SARS-CoV-2 lebih menular selama berevolusi, namun bukan berarti bisa merusak inangnya.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut