Pasangan Ini Tak Sadar Nikah 2 Kali, Berpisah karena Perang lalu Bertemu saat Lansia
BEIJING, iNews.id - Ini bukan cerita fiksi dalam novel, tapi kejadian sungguhan. Sepasang lanjut usia (lansia) di China tak sadar menikah dua kali. Mereka pertama kali menikah pada 1936, namun dipisahkan akibat perang. Sang laki-laki bernama Qiu Daming dan pasangannya, Li Defang, menikah karena dijodohkan.
Pada tahun itu, Li. saat itu tinggal di Xuanhan (saat ini Provinsi Sichuan) dijodohkan oleh keluarganya dengan seorang prajurit, Qiu Daming. Li merupakan anak satu-satunya, sehingga orangtua sangat mengharapkan anaknya segera mendapat jodoh. Li dan suaminya diharapkan bisa menjaga orangtuanya kelak.
Sebenarnya orangtua tak menginginkan Li, saat itu berusia 19 tahun, mendapat suami tentara karena pekerjaannya yang berisiko. Apalagi dia bisa saja dikirim ke garis depan melawan Jepang. Qiu merupakan pemimpin peleton dan dikenal sangat setia dan jujur.
Akhirnya orangtua Liu setuju menikahkan putri mereka dengan Qiu. Saat itu Li tak menyadari dirinya dijodohkan dengan Qiu. Mereka dipertemukan dan langsung dinikahkan tanpa mengenal lebih dalam satu sama lain. Meskipun sudah menikah, keduanya tak punya banyak kesempatan untuk bertemu. Meski saat itu Sichuan tak dalam kondisi perang, Qiu tetap harus bertugas di satuannya. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk bertugas.
Hingga pada suatu saat, Qiu dipanggil untuk dikirim ke garis depan pertempuran dengan Jepang. Unit Qiu dikirim ke medan perang pada 5 September. Tragisnya, saat itu Li sedang tak ada di rumah sehingga mereka berpisah tanpa ada pertemuan terlebih dulu.
Singkat cerita, pasangan suami istri itu berpisah begitu lama tanpa ada kabar yang sampai. Sebenarnya Qiu mengirim surat beberapa kali ke rumah, namun tak ada yang sampai. Namun dari sumber lain, Li mendengar pertempuran dengan Jepang berlangsung tak seimbang, banyak tentara yang tewas. Dia mendengar banyak kabar buruk mengenai tentara di garis depan.
Meski sudah 10 tahun berlalu, kabar Qiu tak juga sampai ke telinga Li. Dia memutuskan kembali ke kampung halaman di Rongchang. Saat itu dia memulai kehidupan seorang diri karena orangtuanya sudah meninggal.
Meski demikian Li masih terus berusaha mencari kabar Qiu. Pada satu titik, Li mendapat kabar bahwa ada orang yang bernama seperti suaminya bergabung dengan Partai Nasionalis Kuomintang. Ini sangat berisiko karena kelompok itu sedang berselisih dengan Partai Komunis China. Dia pun memutuskan mencari suaminya di Chongqing, kemudian mengubah nama menjadi Liu Zehua agar identitasnya tersamarkan. Liu mencari suaminya selama 14 tahun, namun tak ada juga tanda-tanda keberadaannya.
Akhirnya dia meyakini bahwa Qiu sudah meninggal di medan perang. Setelah itu Liu kembali menikah lagi dengan pria lain. Suami kedua adalah seorang juru masak dari Fuling. Namun rumah tangga mereka tak awet karena sang suami ringan tangan. Setelah cerai, dia tinggal di Chongqing dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Sementara itu Qiu tinggal di Chongqing. Karena pernah menjadi tentara dia diangkat menjadi polisi, bahkan sempat menjabat kepala kepolisian. Qiu juga menikah dengan perempuan lain dan dikaruniai dua anak, laki-laki dan perempuan.
Namun dia ditangkap atas tuduhan terlibat pemberontakan. Qiu menjalani hukuman 21 tahun penjara. Setelah bebas pada 1975, dia mendapati kenyataan ditinggalkan oleh istri dan anak-anaknya. Setelah itu dia sempat tinggal di Xinjiang sebelum kembali lagi ke Chongqing.
Kemudian pada 1997, Liu yang sudah berusia 80 tahun, meminta kepada temannya, Li Lazhi, untuk dicarikan jodoh karena tak bisa hidup sendiri. Li mengenal seorang laki-laki di kampung sebelah, hidup sendiri, dan usianya sepantaran dengan Liu.
Laki-laki itu hidup miskin, tak ada perabotan di rumahnya melainkan peralatan sekadar penunjang hidup. Setelah itu mereka sepakat menikah.
Semua baru terungkap setelah beberapa hari pernikahan, mereka saling bercerita satu sama lain. Cerita yang disampaikan sangat mirip dengan kondisi mereka saat itu. Qiu terkejut bukan main setelah Liu mengatakan suami pertamanya bernama sama. Dia adalah seorang tentara yang tewas dalam perang melawan Jepang. Sejak itu mereka hidup bersama saling menjaga.
Keduanya menjalani kehidupan bahagia selama sekitar 2 tahun. Liu meninggal lebih dulu, disusul Qiu 20 hari kemudian.
Editor: Anton Suhartono