PBB: Jamal Khashoggi Korban Pembunuhan Terencana Pejabat Arab Saudi
ISTANBUL, iNews.id - Anggota tim pakar PBB menyatakan Arab Saudi secara serius membatasi kemampuan Turki dalam menyelidiki kasus pembunuhan jurnalis senior Saudi, Jamal Khashoggi.
Laporan awal investigasi tim pakar PBB mengungkap, tim penyelidik Turki tidak diizinkan masuk ke kantor konsulat Saudi di Istanbul, lokasi wartawan itu dibunuh.
Jamal Khashoggi terakhir kali terlihat memasuki konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober 2018. Pria 59 tahun itu merupakan pengkritik terkemuka terhadap Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman.
Para pejabat AS dilaporkan menyebut bahwa operasi pembunuhan seperti itu membutuhkan persetujuan sang putra mahkota.
Namun, para pejabat Saudi bersikeras Khasoggi dibunuh oleh beberapa agen intelijen Saudi yang bertindak "liar" dan bukan atas perintah Pangeran Mohammed.
Saudi sejauh ini sudah mengajukan 11 orang ke pengadilan terkait kasus pembunuhan tersebut dan dalam proses menjatuhkan hukuman mati terhadap lima orang di antaranya.
Sebelumnya, Arab Saudi menolak mengekstradisi warganya ke Turki setelah negara itu mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap sejumlah pejabat Saudi.
Apa yang diungkapkan laporan hasil investigasi PBB?
Agnes Callamard, pelapor khusus PBB untuk urusan eksekusi di luar pengadilan yang memimpin penyelidikan kasus pembunuhan Khasoggi, mengunjungi Turki pada 28 Januari hingga 3 Februari.
"Jamal Khashoggi adalah korban pembunuhan brutal dan terencana, yang disiapkan dan dilakukan oleh pejabat Negara Arab Saudi," demikian laporan awal penyelidikan PBB, seperti dilaporkan BBC, Jumat (8/2/2019).
"(Kemampuan) Turki untuk menyelidiki pembunuhan ini sangat dibatasi dan dirusak oleh penolakan Arab Saudi, selama 13 hari, untuk memungkinkan para penyelidik Turki mengakses beberapa tindakan kejahatan."
Pembunuhan terjadi pada 2 Oktober, namun pihak berwenang Turki hanya mendapatkan akses ke konsulat pada 15 Oktober, dan tidak diperkenankan berada di lokasi kejadian sampai 17 Oktober.
Sikap Saudi ini dianggap memengaruhi proses penyelidikan forensik, tulis laporan tim penyelidik PBB.
Callamard juga mengkritik proses persidangan di Arab Saudi terhadap 11 tersangka dalam kasus ini, utamanya masalah transparansi dan keadilan, yang disebutnya "sangat memprihatinkan".
"Saya meminta kunjungan resmi ke Arab Saudi sehingga pihak berwenang di sana dapat secara langsung memberikan saya bukti-bukti yang relevan," tulisnya.
Fakta bahwa jasad Khashoggi masih belum ditemukan membuat orang-orang yang dicintainya menjadi "sangat menderita", tambah laporan itu.
Laporan akhir hasil penyelidikan ini akan disampaikan kepada Dewan HAM PBB pada Juni mendatang.
Apa yang terbaru dalam kasus Khashoggi?
Wakil Jaksa Penuntut Umum Arab Saudi, Shalaan bin Rajih Shalaan mengatakan, para penyelidik sampai pada kesimpulan bahwa seorang perwira intelijen memerintahkan pembunuhan Khashoggi, dengan memberikan suntikan mematikan di dalam gedung konsulat.
Shalaan bin Rajih menuturkan, perwira intelijen itu ditugaskan membujuk agar jurnalis pembangkang itu untuk kembali ke Arab Saudi.
Menurut Shalaan, jasad Khashoggi dimutilasi di dalam gedung konsulat dan potongan tubuhnya kemudian diserahkan kepada pihak "kolaborator" setempat di luar kantor tersebut.
Saat memberikan sambutan dalam World Economic Forum di Davos, Menteri Keuangan Saudi Mohammed Al Jadaan mengatakan di hadapan semua delegasi bahwa negaranya sangat sedih tentang apa yang terjadi pada Jamal Khashoggi.
Sebelumnya, Turki mengidentifikasi 15 orang yang diyakini sebagai agen intelijen Saudi yang tiba dan berangkat dari bandara internasional Istanbul tidak lama sebelum dan sesudah pembunuhan.
Tidak diketahui apakah dari belasan orang itu sekarang diadili di Riyadh.
AS menjatuhkan sanksi pada 17 orang pejabat Saudi, termasuk Saud Al Qahtani, mantan penasihat putra mahkota yang dituduh terlibat dalam perencanaan pembunuhan yang menyebabkan tewasnya Khashoggi.
Belum jelas apakah 17 pejabat Saudi yang dikenai sanksi itu juga diadili di Riyadh.
Editor: Nathania Riris Michico