PBB Tegaskan Hubungan Dagang dengan Israel Berarti Dukung Genosida di Gaza

LONDON, iNews.id - Pelapor Khusus PBB untuk wilayah Palestina, Francesca Albanese, mengeluarkan pernyataan tegas terkait praktik Israel di Jalur Gaza. Dia menegaskan setiap bentuk hubungan dengan Israel, baik perdagangan, investasi, maupun kerja sama ekonomi, pada dasarnya sama dengan mendukung genosida terhadap rakyat Palestina.

Pernyataan itu disampaikan dalam Tribunal Gaza di London, Inggris, sebuah forum yang menghadirkan saksi, akademisi, tenaga kesehatan, jurnalis, hingga tokoh politik untuk mengkaji kejahatan perang Israel.

Baca Juga

Bayi Ini Minum Cairan Pembersih yang Dikira Susu, Langsung Serangan Jantung dan Separuh Lidah Hilang

Tuntutan Pemutusan Hubungan Internasional

Menurut Albanese, semua negara memiliki kewajiban hukum untuk menghentikan hubungan dengan Israel. Termasuk di dalamnya:

Baca Juga

Pelapor Khusus PBB untuk Palestina Desak Semua Negara Hentikan Hubungan dengan Israel

• Memutuskan hubungan dagang dan investasi dengan entitas Israel.
• Menghentikan ekspor dan impor senjata sesuai Perjanjian Perdagangan Senjata PBB.
• Mematuhi Statuta Roma dan mendukung pelaksanaan surat perintah penangkapan ICC terhadap pejabat Israel.

Dia juga menyoroti secara khusus Inggris yang dinilai masih mempertahankan kerja sama erat dengan Israel meski terikat kewajiban hukum internasional. Tribunal Gaza di London juga menyoroti dukungan politik dan militer yang dianggap memperkuat operasi militer Israel di Gaza.

Baca Juga

Militer Israel Klaim Kuasai 40% Kota Gaza

Legitimasi Kejahatan Perang

Albanese memperingatkan, semakin lama negara-negara dunia mempertahankan hubungan dengan Israel, semakin besar pula kontribusi mereka dalam “melegitimasi dan menormalkan tindakan ilegal serta impunitas”.

Seruan keras dari Pelapor Khusus PBB ini semakin menambah tekanan terhadap negara-negara Barat yang selama ini menjadi sekutu utama Israel. Jika tuntutan tersebut dipatuhi, maka embargo ekonomi dan militer global berpotensi menjadi pukulan serius terhadap mesin perang Israel.

Editor: Anton Suhartono