Pekerja Seks Thailand di Jerman Kebanyakan Korban Perdagangan Manusia
BERLIN, iNews.id - Jumlah pekerja seks asal Thailand yang berada di Jerman tidak diketahui dengan pasti. Banyak yang bekerja atau menetap di Jerman secara ilegal.
Namun, Kementerian Kesehatan Thailand menyebut ada sebanyak 120 ribu warga yang menjadi pekerja seks di Jerman. Sedangkan NGO Empowerment Foundation menyebut ada sebanyak 300 ribu orang.
"Mereka rata-rata berusia awal 20-an atau pertengahan 20-an. Tapi ada juga yang sudah berusia lebih 60 tahun yang masih terus bekerja," kata Liz Hilton dari Empowerment Foundation.
Selama lebih 30 tahun, Hilton berusaha memperbaiki kehidupan para pekerja seks di Jerman.
Menurut data Empowerment Foundation, lebih 75 persen pekerja seks perempuan merupakan single mother atau ibu tunggal.
"Seringnya, mereka sudah bekerja sebelumnya di berbagai bidang, tanpa kualifikasi, misalnya bekerja di pabrik, atau di ladang," tutur Hilton.
Setelah itu, banyak yang mendarat di jalan-jalan Bangkok, Pattaya, atau kota-kota besar lain di Bangkok sebagai pekerja seks. Sebagian berhasil sampai ke Jerman.
Pengurus Foundation for Women, Ursa Lerdsrisuntad, mengatakan kebanyakan dari mereka sudah mengetahui pekerjaan yang akan mereka lakukan di Jerman.
"Mereka tahu, mereka akan bekerja di bidang prostitusi. Mereka juga sadar, bahwa mereka harus bekerja keras berbulan-bulan untuk bisa membayar kembali utang mereka kepada sindikat yang mendatangkan mereka. Mereka berpikir, setelah itu mereka akan bisa menabung. Tapi kadang-kadang, utang mereka justru bertambah," ujar Lerdsrisuntad.
Banyak pekerja seks yang terjebak dengan kondisi dan persyaratan yang ditetapkan sindikat perdagangan manusia.
"Mereka harus membayar orang yang mengurus visa mereka atau melindungi mereka agar tidak ditangkap polisi," kata Hilton.
Situasi mereka berbeda dengan para pekerja seks asal Rumania dan Bulgaria misanya, yang tidak perlu visa untuk datang ke Jerman.
Setibanya di Jerman, mereka akan sangat tergantung pada pelindungnya. Karena tidak bisa berbahasa Jerman, mereka hanya berkomunikasi dengan pelindung mereka. Menurut Kepolisian Jerman, para pelindung atau anggota sindikat perdagangan manusia kebanyakan berasal dari latar belakang budaya yang sama dengan para korban dan hal itu memperbesar ketergantungan para pekerja.
Pada April, polisi Jerman membongkar sindikat perdagangan manusia dan menangkap lebih dari seratus orang. Pemimpinnya seorang pria Jerman dan istrinya yang berasal dari Thailand.
Keduanya ditahan dengan tuduhan menyelundupkan dan memaksa ratusan perempuan Thailand untuk bekerja sebagai prostitusi di Jerman.
"Tapi harus dibedakan, tidak semua pekerja seks asing di Jerman adalah korban perdagangan manusia", kata Livia Valensise dari organisasi Ban Ying di Berlin, yang memberikan bantuan advokasi kepada korban perdagangan manusia.
"Ada juga perempuan asing yang datang sendiri ke Jerman untuk bekerja sebagai pekerja seks", ungkapnya.
Dia berharap, aparat keamanan melakukan koordinasi dengan kelompok-kelompok advokasi sebelum melakukan operasi razia besar-besaran terhadap sindikat perdagangan manusia. Sebab para korban juga harus mendapat bantuan menghadapi situasi hukum di Jerman.
Peluang para pekerja seks ilegal untuk mendapat izin tinggal di Jerman sangat kecil. Kebanyakan mereka langsung dideportasi ke Thailand.
Editor: Nathania Riris Michico