Pemerintah Australia Dinilai Bermain Api dengan Libatkan Diri dalam Konflik Taiwan
CANBERRA, iNews.id – Pemerintah Australia dinilai sedang bermain api dengan melibatkan diri dalam pusaran konflik AS-China terkait isu Taiwan. Juru bicara partai oposisi di negara itu mengatakan, rezim Perdana Menteri Scott Morrison sedang menerapkan “taktik berbahaya” untuk meraup suara pada pemilu Australia mendatang.
Menteri Pertahanan Australia, Peter Dutton, pada awal bulan ini mengungkapkan bahwa tidak mungkin negaranya tidak akan bergabung dengan Amerika Serikat dalam aksi militer bersama, jika China menyerang Taiwan di kemudian hari. Selama ini, Taiwan selalu dianggap Beijing sebagai bagian dari wilayah Tiongkok.
Juru Bicara Urusan Luar Negeri Partai Buruh Australia, Penny Wong mengatakan, komentar Dutton tersebut adalah bagian dari strategi partai berkuasa untuk memenangkan pemilu yang bakal digelar sebelum Mei 2022.
“Meningkatkan prospek perang melawan negara adidaya (China) adalah taktik pemilu paling berbahaya dalam sejarah Australia,” kata Wong dalam pidatonya di Australian National University, Selasa (23/11/2021).
“Ini taktik yang digunakan oleh politisi yang tidak bertanggung jawab yang sangat ingin mempertahankan kekuasaan dengan cara apa pun,” kata Wong seperti dikutip Reuters.
Wong mengatakan, pemerintahan Morrison dalam beberapa pekan terakhir berusaha menggambarkan Partai Buruh sebagai antek asing pro-China.
Hubungan Australia dengan China telah goyah sejak pemerintah negeri kanguru melarang Huawei membangun jaringan broadband 5G—yang baru lahir pada 2018—di benua selatan itu. Tahun lalu, hubungan kedua negara semakin dingin setelah Canberra menyerukan penyelidikan independen terhadap asal-usul pandemi virus corona, yang pertama kali dilaporkan di Wuhan, China, pada 2019.
Beijing pun lantas menanggapi seruan Canberra itu dengan mengenakan tarif terhadap komoditas Australia yang masuk ke China, termasuk anggur dan jelai dan impor terbatas daging sapi, batu bara, dan anggur Australia.
Wong mengatakan, Taiwan adalah risiko terbesar bagi stabilitas di kawasan Indo-Pasifik. Dia mengingatkan, konflik apa pun yang terjadi di sana bakal menjadi “bencana bagi kemanusiaan”.
Editor: Ahmad Islamy Jamil