Pemilu Israel, Mungkinkah Benjamin Netanyahu jadi PM Lagi dan Apa Dampaknya bagi Palestina?
TEL AVIV, iNews.id - Israel menggelar pemilu, Selasa (1/11/2022). Ini merupakan pemilu kelima dalam 4 tahun serta memilih perdana menteri (PM) baru.
Partai berhaluan tengah yang dipimpin Perdana Menteri Yair Lapid, There is a Future, akan bertarung sengit melawan mantan pemimpin Benjamin Netanyahu, Likud dari sayap kanan.
Hasil polling menunjukkan koalisi Netanyahu kemungkinan memenangkan pemilu, sehingga berpeluang mengantarkannya kembali ke kursi PM.
Partai Likud beserta koalisinya dari sayap kanan, Religious Zionism, United Torah Judaism, dan Shas, bisa meraih 59 sampai 60 kursi parlemen Knesset dari total 120 kursi yang diperebutkan.
Sementara Partai There is a Future serta koalisi kelompok tengah, National Unity dan United Arab List, serta sayap kiri, Buruh dan Meretz, bisa mendapatkan 56 kursi.
Namun semua bisa berubah jika partai sayap kiri Hadash Ta'al yang dipimpin kelompok Arab memberikan dukungan untuk Lapid. Pada pemilu lalu, partai ini mendukung Lapid untuk mengalahkan Netanyahu. Namun pada pemilu kali ini mereka memutuskan tak akan mendukung pemerintah lagi.
Dari hasil polling memang terlihat tak ada kelompok yang bisa memenangkan pemilu secara mutlak. Oleh karena itu akan ada negosiasi alot selama beberapa pekan untuk merebut mayoritas parlemen. Jika gagal, Israel kembali menggelar pemilu.
Berikut beberapa skenario...
Berikut beberapa skenario yang mungkin terjadi dalam pemilu Israel 2022:
Benjamin Netanyahu Menang
Jika koalisi Netanyahu memenangkan setidaknya 61 kursi Knesset, dia kemungkinan akan membentuk pemerintahan koalisi, beranggotakan kelompok sayap kanan Yahudi yang pro-Zionisme.
Ini akan menjadi tantangan berat bagi Palestina karena kebijakan-kebijakan pemerintahan Netanyahu akan sangat merugikan. Selain itu bisa merusak proses perdamaian yang tengah pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang mendukung solusi dua negara.
Yair Lapid Menang
Jika koalisi Lapid unggul atas kelompok Netanyahu, dia kemungkinan membentuk pemerintahan koalisi serupa dengan yang dia pimpin saat ini. Pada September, Lapid mendukung solusi dua negara dengan Palestina namun prospek untuk pembicaraan tetap redup. Konflik antara pasukan Israel dan penduduk Palestina di Tepi Barat tetap tinggi.
Tak Ada yang Mendapat Suara Mayoritas
Jika tidak ada pemenang mayoritas, Netanyahu atau Lapid akan diminta Presiden Isaac Herzog untuk mencoba membentuk pemerintahan masing-masing. Jika salah satu gagal makan akan menjadi keuntungan untuk yang lainnya. Namun kika keduanya gagal, bisa membuat kandidat ketiga, seperti Benny Gantz (menteri pertahanan) dari National Unity, mendapat kesempatan untuk menyatukan pemerintahan.
Jika kebuntuan tidak juga terpecahkan, akan ada pemilu lagi. Lapid akan tetap menjabat PM sampai perdana menteri baru dilantik.
Lapid atau Gantz Bergabung dengan Likud
Skenario ini mungkin saja terjadi, tapi sangat kecil kemungkinannya. Lapid dan Gantz sejak lama mengesampingkan bersatu dengan Netanyahu, apalagi setelah dia terjerat kasus korupsi.
Editor: Anton Suhartono