Pemilu Israel: Netanyahu dan Penantangnya Sama-Sama Klaim Kemenangan
YERUSALEM, iNews.id - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan penantang utamanya, Benny Gantz, sama-sama mengklaim kemenangan dalam pemilihan umum (pemilu) Israel, Selasa (9/4).
Keduanya sama-sama mengklaim menang setelah hasil penghitungan menunjukkan perbedaaan perolehan suara sangat tipis.
Dilaporkan AFP, Rabu (10/4/2019), penghitungan suara dari tiga stasiun televisi utama Israel menunjukkan suara Netanyahu lebih unggul karena koalisi dengan partai-partai sayap kanan yang lebih kecil. Namun hasil akhir perolehan suara masih belum jelas.
Hasil akhir resmi perolehan suara kemungkinan diumumkan pada Rabu (11/4) pagi waktu setempat.
Netanyahu sejauh ini masih diunggulkan sebagai pemimpin Israel, kendati saat ini dibayangi tuduhan korupsi.
Menurut laporan AFP, dengan 97 persen suara dihitung, hasil menunjukkan partai Likud dan partai-partai sayap kanan yang berkoalisi dengan Netanyahu meraih 65 dari 120 kursi di parlemen.
Namun, baik Netanyahu dan Gantz mengklaim kemenangan setelah survei awal menunjukkan partai penantang, Biru dan Putih, memperoleh kursi terbanyak.
Berbicara pada Rabu dini hari di perayaan Likud di Tel Aviv, Netanyahu menyebut kemenangannya luar biasa. Saat berjalan ke atas panggung, pemimpin berusia 69 tahun itu sempat mencium istrinya, Sara, dan menyapa ribuan pendukungnya.
"Ini akan menjadi pemerintahan sayap kanan, tetapi saya akan menjadi perdana menteri untuk semua," katanya.
Sementara itu, di tempat terpisah, ketika berbicara kepada para pendukung yang bersorak yang melepaskan bendera Israel di sebuah aula acara di Tel Aviv, Gantz menyebut hari pemilu itu sebagai hari bersejarah.
"Presiden harus memberi kami tugas membentuk pemerintahan berikutnya karena kami adalah partai terbesar," ujar Gantz.
Sebelumnya, Netanyahu mengucapkan janji kontroversial tiga hari sebelum pemilu. Dia mengatakan akan mencaplok pemukiman Yahudi di Tepi Barat yang diduduki jika menang.
Memperluas kedaulatan Israel dalam skala besar di Tepi Barat bisa menjadi 'lonceng kematian' bagi solusi dua negara dengan Palestina. Namun hal ini merupakan strategi yang sejak lama diincar oleh sayap kanan Israel.
Editor: Nathania Riris Michico