Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Bung Towel Yakin Timnas Bisa Menang: Kualitas Arab Saudi dan Irak Tak Bagus-Bagus Banget
Advertisement . Scroll to see content

Pemimpin Katolik Irak Prihatin dengan Masa Depan Umat Kristiani di Negaranya

Rabu, 17 Juli 2019 - 12:17:00 WIB
Pemimpin Katolik Irak Prihatin dengan Masa Depan Umat Kristiani di Negaranya
Pemimpin Gereja Katolik di Irak, Kardinal Louis Sako, saat ibadah di Gereja Mar Youssif Church di Baghdad, Irak. (FOTO: AP)
Advertisement . Scroll to see content

BAGHDAD, iNews.id - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menjadi tuan rumah Pertemuan Tingkat Menteri Kebebasan Beragama kedua di Washington. Acara itu dihadiri organisasi internasional, pemimpin agama, pemerintah, serta aktivis sosial untuk mengatasi tantangan yang dihadapi kebebasan beragama.

Menjelang pertemuan itu, pemimpin Katolik Irak, Kardinal Louis Sako, mengaku prihatin dengan masa depan umat Kristen di negara itu. Dia mengatakan mereka menghadapi kesulitan menyusul penghancuran tanah leluhur mereka oleh militan ISIS dan meningkatnya gangguan milisi Syiah yang terkait dengan Iran, di kota-kota mereka.

Pimpinan Gereja Katolik Khaldea, Kardinal Louis Sako, mewakili sekitar dua pertiga komunitas Kristen di Irak. Komunitas yang dulunya berkembang pesat ini ditemukan di seluruh negeri dan berjumlah sekitar 2 juta sebelum invasi pimpinan AS pada 2003.

Namuun, komunitas ini menyusut secara dramatis selama dekade terakhir menjadi sekitar 200.000, akibat kekerasan sektarian dan diusir oleh ISIS dari kawasan yang sudah 14 abad menjadi tanah leluhur mereka.

"Ideologi ISIS sangat kuat, bahkan di antara warga biasa karena pidato di masjid-masjid. Ini buruk, itu bertentangan dengan sifat manusia dan agama Fundamentalisme adalah tantangan terbesar saat ini. Pemerintah Irak tidak begitu kuat, mungkin akan muncul versi ISIS yang lain," kata Kardinal Sako, seperti dikutip Associated Press, Rabu (17/7/2019).

Pemerintah AS, Gereja Katolik, dan kelompok-kelompok bantuan membantu membangun kembali bagian-bagian kota Kristen dan Yazidi yang dikuasai dan dihancurkan oleh gerilyawan ISIS di Dataran Ninevah dan Sinjar. Namun, menurut tetapi Kardinal Sako, pembangunan yang lebih banyak lagi diperlukan untuk mendorong bekas peduduknya kembali.

"Banyak rumah dibangun kembali tetapi banyak yang terbakar, hancur total. Kami membutuhkan dana untuk membangunnya kembali dan gereja-gereja. Umat Khaldean memiliki lebih dari 15 gereja di Mosul yang hancur total. Semua gereja dari abad ke-5 hingga ke-10 tidak ada lagi. Siapa yang akan membangunnya kembali?" ujar Sako.

Kardinal Sako mengatakan, satu-satunya jalan ke depan bagi Irak adalah menghentikan diskriminasi terhadap agama minoritas dan memberikan perlindungan kepada semua warga negara berdasarkan aturan hukum.

"Negara harus didasarkan pada kewarganegaraan dan hukum tanpa menempatkan pembatas di antara rakyat: Sunni dan Syiah, Muslim dan Kristen, Kurdi dan Arab. Kami semua warga Irak. Ini identitas kami. Kami tidak membutuhkan identitas lain."

Editor: Nathania Riris Michico

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut