Peneliti Temukan 2 Varian Covid-19 beserta 70 Bentuk Mutasinya di Uni Emirat Arab
ABU DHABI, iNews.id – Dua strain atau tipe virus corona (Covid-19) yang mematikan beserta 70 mutasi berbeda darinya telah ditemukan di Uni Emirat Arab (UEA). Fakta itu seperti diungkapkan juru bicara pemerintah setempat untuk bidang ilmu pengetahuan lanjutan, Dr Alawi Ali al-Syekh.
Di seluruh dunia, para peneliti sejauh ini telah mengidentifikasi total tiga jenis virus corona. “Ini termasuk strain utama (strain A), dan dua strain lainnya (B dan C) yang diturunkan darinya,” kata al-Syekh, dikutip Alarabiyah, Selasa (12/5/2020).
Untuk menentukan tipe virus yang ada di UEA, para peneliti melakukan riset menggunakan temuan dari 49 pasien virus corona dan menganalisis urutan genetik lengkap untuk 25 dari banyak kasus awal yang terdeteksi di negara itu.
Dari 25 kasus yang dianalisis itu, 24 di antaranya ternyata memiliki strain B dari virus corona. Al-Syekh mengatakan, sebagian besar dari 24 kasus tersebut ditemukan pada para pasien yang telah melakukan perjalanan ke Eropa atau melakukan kontak dengan seseorang yang pernah terinfeksi virus corona sebelumnya.
Sementara, satu kasus lagi, terdeteksi pada seorang turis Tiongkok yang tiba dari Wuhan, China, pusat pandemi virus corona. “Dia mengidap virus (corona) strain A,” ujar al-Syekh.
Temuan itu juga mengindikasikan adanya 70 mutasi berbeda dari virus corona yang ditemukan di UEA. Sebanyak 17 di antaranya belum teridentifikasi urutan galurnya.
“Ini adalah pencapaian bagi UEA di mana negara kami berkontribusi pada upaya komunitas ilmiah global untuk memahami Covid-19 dengan memberikan informasi ini ke basis data penelitian internasional untuk para ilmuwan dan peneliti,” tutur al-Syekh.
Ketika seseorang terinfeksi virus apa pun, termasuk Covid-19, penyakit itu mengambil alih kendali terhadap sel-sel manusia dan mengubahnya menjadi “pabrik” yang menghasilkan jutaan virus baru. Perubahan kecil terjadi pada strain-strain genetik virus, di mana strain baru atau varian genetiknya dikembangkan.
“Ini normal karena sebagian besar perubahan genetik ini tidak benar-benar mengubah sifat virus atau gejalanya,” ujar al-Syekh.
Editor: Ahmad Islamy Jamil