Penembak Jitu Iran Bidik Presiden Azerbaijan Pascadamai dengan Armenia
JABRAYIL, iNews.id - Foto penembak jitu Iran tengah membidik Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, viral di media sosial. Belum ada keterangan resmi dari dua negara mengenai hal tersebut.
Akun Twitter @301_AD membagikan beberapa foto yang memperlihatkan teropong target penembak jitu Iran mengarah ke sosok yang diyakini sebagai Aliyev. Saat itu, Aliyev didampingi wakil presiden Azerbaijan ketika mengunjungi jembatan bersejarah Khudaferin di kota Jabryil dekat perbatasan dengan Iran pada Selasa (17/11/2020).
"Aliyev juga mengunjungi bendungan Khoda Afarin dimana penembak jitu Iran memantau melalui teropong senjatanya," demikian kicau akun tersebut.
Aliyev also visited the Khoda Afarin dam where Iranian snipers were watching him through the scope of the rifle. pic.twitter.com/XikBkH7Loy
— 301???????? (@301_AD) November 17, 2020
Sampai berita ini dipublikasi, belum ada pernyataan resmi dari militer Iran maupun Azerbaijan mengenai unggahan yang viral tersebut.
Warganet merespons foto-foto tersebut dengan komentar beragam. Mayoritas warganet berasal dari Armenia menyayangkan sniper tidak menembak Aliyev dalam kesempatan itu.
Warganet Armenia berharap sniper Iran bunuh Aliyev
Aliyev merupakan musuh bersama warga Armenia menyusul konflik dua negara di Nagorno-Karabakh. Pernyataan Aliyev usai kesepakatan damai dua negara memicu kemarahan warga Armenia.
Dia menyebut Armenia tidak punya pilihan selain menyerah kepada Azerbaijan dalam konflik Nagorno-Karabakh.
Hubungan Azerbaijan dan Iran terbilang unik, Teheran berulang kali mengecam serangan Baku ke Armenia yang nyasar ke wilayah perbatasan Iran. Bahkan, Teheran sempat mengeluarkan ancaman akan membalas setiap serangan nyasar ke wilayahnya.
Pada 10 November kemarin, Armenia dan Azerbaijan sepakat menghentikan pertempuran yang sudah berlangsung sejak 27 September. Perjanjian memutuskan penduduk Armenia di daerah pendudukan memiliki waktu hingga 15 November untuk meninggalkan daerah itu.
Selama enam pekan pertempuran di wilayah konflik Nagorno-Karabakh lebih dari 1.000 orang tewas, termasuk separatis Armenia.
Editor: Arif Budiwinarto