CARACAS, iNews.id - Petugas penjaga pantai Trinidad dan Tobago menembali kapal imigran Venezuela. Akibat kejadian itu, seorang bayi meninggal sementara ibunya luka-luka.
Perdana Menteri Trinidad dan Tobago, Keith Rowley pada Minggu (6/2/2022) mengatakan, insiden ini terjadi pada Sabtu (5/2/2022) selama "operasi keamanan" di laut yang melibatkan Penjaga Pantai. Para petugas menembaki mesin kapal untuk membela diri.
Partai Demokrat Kuasai Pemilu Lokal 2025, Rakyat AS Mulai Melawan Trump?
Kapal pengangkut imigran itu telah berulang kali diperintahkan untuk berhenti. Namun bukan berhenti, kapal itu malah berusaha menabrak kapal Penjaga Pantai.
"Kapal itu akhirnya berhenti dan baru kemudian diketahui ada migran ilegal di kapal yang tetap bersembunyi. Itu tidak terlihat sebelumnya," menurut Penjaga Pantai.
Begini Kengerian Truk Terguling Tewaskan 55 Imigran di Meksiko, Mayat Bergelimpangan di Jalan
Sang ibu kemudian memberi tahu petugas dia berdarah. Sementara bayinya ditemukan tidak responsif.
Wanita itu lalu dilarikan ke rumah sakit namun kondisinya tak dapat diketahui. Sementara petugas juga tidak mengatakan bagaimana bayi itu meninggal.
Venezuela telah mengalami krisis politik, sosial dan ekonomi yang mendalam selama bertahun-tahun. Hal itu dikaitkan dengan penurunan harga minyak dekade terakhir dan salah urus oleh pemerintah sosialis.
Jutaan orang telah jatuh ke dalam kemiskinan, diikuti oleh ketidakmampuan untuk membeli kebutuhan ketika toko-toko diisi kembali. Daya beli mereka berkurang karena upah minimum bulanan hanya sekitar 2 dolar AS, yang terus digerogoti oleh inflasi.
Krisis telah mendorong orang untuk bermigrasi. PBB memperkirakan lebih dari 6 juta orang Venezuela telah meninggalkan negara itu dalam beberapa tahun terakhir. Angka itu lebih dari 10 persen dari populasi.
Jutaan orang telah bermigrasi ke negara tetangga Kolombia, Peru dan Ekuador. Jumlah orang Venezuela yang melakukan perjalanan berbahaya lebih jauh ke utara untuk mencari perlindungan di AS meningkat.
Pada bulan Desember, pihak berwenang AS menemui orang-orang Venezuela yang melintasi perbatasan Meksiko secara ilegal hampir 25.000 kali. Jumlahnya lebih dari dua kali lipat dari tiga bulan sebelumnya dan naik dari hanya sekitar 200 di tahun sebelumnya.
Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi memperkirakan sekitar 35.000 orang Venezuela telah berimigrasi ke Trinidad dan Tobago dalam beberapa tahun terakhir. Tapi organisasi kemanusiaan mengatakan angka itu telah meningkat menjadi hampir 40.000 dalam beberapa bulan terakhir.
Sekelompok badan PBB pada Senin (7/2/2022) dalam sebuah pernyataan mengatakan, mereka sangat sedih dengan peristiwa hari Sabtu itu.
“Tidak boleh ada anak migran yang meninggal, baik bepergian dengan orang tuanya atau sendirian. Tidak ada ibu yang ingin mempertaruhkan nyawa anak-anaknya di kapal kecil di laut dalam, kecuali dia tidak punya pilihan lain,” kata Jean Gough, direktur regional UNICEF di Amerika Latin dan Karibia.
Juan Guaido, pemimpin oposisi Venezuela yang didukung AS, melalui Twitter menggambarkan, penembakan itu sebagai langkah yang tidak dapat dibenarkan.
David Smolansky, komisaris sekretaris jenderal Organisasi Negara-negara Amerika untuk krisis migran dan pengungsi Venezuela, meminta Trinidad dan Tobago untuk menyelidiki situasinya.
Editor: Umaya Khusniah
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku