Penyidik Iran Ancam Bunuh 2 Mahasiswa Berprestasi jika Tak Mau Akui Tuduhan Makar
TEHERAN, iNews.id – Agen intelijen Iran mengancam akan membunuh dua mahasiswa berprestasi yang ditangkap pada April lalu, kecuali mereka mengaku bersalah atas tuduhan yang tak jelas di depan kamera. Hal itu diungkapkan oleh saudara perempuan dari salah satu mahasiswa itu, pekan lalu.
Kedua mahasiswa yang ditangkap aparat Iran itu adalah Ali Younesi dan Amirhossein Moradi. Mereka tercatat sebagai mahasiswa yang punya prestasi cemerlang dari Universitas Sharif yang bergengsi di Teheran. Keduanya ditangkap pada 10 April lalu atas tuduhan makar.
Younesi memenangkan medali emas Olimpiade Astronomi Internasional 2018 di China, sedangkan Moradi memenangkan medali perak di Olimpiade Astronomi Nasional Iran pada 2017.
Saudara perempuan Ali Younesi, Aida Younesi, pada Sabtu (5/9/2020) lalu mengatakan, para penyidik telah memberi tahu saudaranya tiga hari sebelumnya untuk mengaku bersalah di depan kamera. Dengan begitu, Ali tidak akan dijatuhi hukuman mati, melainkan penjara seumur hidup.
“Para interogator berkata kepada Ali Younesi dan Amirhossein Moradi: ‘Kami akan menentukan hukuman apa yang akan diberikan kepada kalian berdua. Jika kami mau, kalian akan dihukum mati, kecuali jika kalian berbicara di depan kamera’,” cuit Aida lewat akun Twitter miliknya, dikutip Alarabiyah, Senin (7/9/2020).
Perempuan itu mengatakan, para penyidik memaksa saudara laki-lakinya yang berusia 20 tahun itu untuk membuat pengakuan yang disiarkan di televisi selama tiga pekan terakhir. Sampai hari ini, kata Aida, Ali dan Amirhossein belum juga dibawa ke persidangan.
Pengadilan Iran belum merilis dakwaan kedua mahasiswa itu. Akan tetapi, Juru Bicara Kehakiman Iran, Gholamhossein Esmaili, pada Mei lalu menuduh keduanya—tanpa menyebut nama mereka—telah bekerja sama dengan kelompok oposisi yang diasingkan, Mojahedin-e Khalq. Esmaili juga menuduh kedua pemuda itu merencanakan sejumlah serangan di Iran.
Orang tua Younesi menolak semua tuduhan itu. Mereka menegaskan, putra mereka tidak pernah terlibat dalam aktivitas politik apa pun.
Alarabiyah melansir, Lembaga Penyiaran Negara Iran (IRIB) selama ini memiliki sejarah panjang dalam menayangkan berbagai pengakuan tersangka. Para aktivis dan kelompok hak asasi manusia mengklaim, pengakuan-pengakuan itu diperoleh melalui ancaman dan penyiksaan oleh penyidik Iran terhadap tersangka.
Federasi Internasional untuk HAM dan Keadilan untuk Iran—yang berbasis di London, Inggris—mengungkapkan dalam sebuah laporan pada Juni bahwa IRIB telah menyiarkan pengakuan paksa dari setidaknya 355 individu antara 2009 dan 2019. Selain itu, lembaga penyiaran itu juga menyiarkan konten yang mencemarkan nama baik terhadap setidaknya 505 orang lainnya dalam periode yang sama.
Namun, Teheran membantah tuduhan tersebut.
Pada Minggu (6/9/2020) kemarin, televisi pemerintah Iran menayangkan video atlet gulat Navid Afkari mengaku membunuh seorang petugas keamanan selama protes antipemerintah pada 2018. Afkari menghadapi dua hukuman mati.
Kasus Afkari telah menimbulkan protes dari Iran dan kelompok hak asasi manusia. Presiden AS Donald Trump pada Kamis meminta Iran untuk tidak mengeksekusi pegulat berusia 27 tahun itu.
Editor: Ahmad Islamy Jamil