Perang Pecah Lagi! Ribuan Warga Thailand Mengungsi, Kota-Kota Perbatasan Sepi
BANGKOK, iNews.id - Perang kembali pecah di perbatasan Thailand-Kamboja. Ledakan artileri, dentuman jet tempur, dan sirene darurat kembali menjadi suara yang mendominasi kawasan perbatasan sejak Senin (8/12/2025) dini hari, setelah Thailand melancarkan serangan udara sebagai balasan atas gempuran artileri Kamboja yang sebelumnya menghantam Pangkalan Udara Anupong dan menewaskan seorang tentara Thailand.
Pejabat militer Thailand, Mayor Jenderal Winthai Suvaree, menegaskan operasi udara tersebut adalah respons langsung dan terukur terhadap serangan Kamboja pada pukul 03.00 waktu setempat.
Serangan balasan diarahkan ke posisi dukungan bersenjata Kamboja di daerah Chong An Ma Pass, lokasi yang dinilai menjadi titik peluncuran artileri dan mortir ke wilayah Thailand.
Namun Kamboja tak tinggal diam. Phnom Penh menyebut justru Thailand yang selama berhari-hari memprovokasi dan memicu eskalasi. Kedua negara kini saling menuding sebagai pihak yang memulai konflik, membuat suasana semakin keruh dan menjauhkan upaya deeskalasi.
Ribuan Warga Berbondong-Bondong Mengungsi
Sebelum serangan besar-besaran kedua pihak berlangsung, militer Thailand telah memerintahkan warga di empat provinsi perbatasan untuk mengungsi ke tempat aman.
Ribuan warga di kota-kota perbatasan diperintahkan meninggalkan rumah sejak Minggu (7/12/2025). Sekitar 70 persen populasi sipil di zona rawan sudah dipindahkan ke pusat perlindungan sementara.
Kota-kota yang biasanya ramai kini berubah menjadi wilayah sunyi. Toko-toko tutup, pasar lengang, dan jalan raya nyaris tak berpenghuni. Suasana mengingatkan kembali pada krisis Juli lalu, ketika bentrokan selama lima hari memaksa lebih dari 200.000 warga mengungsi.
Dalam proses evakuasi terbaru ini, satu warga dilaporkan meninggal akibat sakit ketika meninggalkan daerah konflik, menambah duka di tengah kekacauan yang meluas.
Gencatan Senjata di Ambang Runtuh
Serangan balasan Thailand dan tudingan Kamboja memperlihatkan betapa rapuhnya stabilitas di kawasan itu. Padahal hanya beberapa pekan lalu, kedua pemimpin menandatangani deklarasi damai di sela KTT ASEAN, difasilitasi Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dan Presiden AS Donald Trump.
Namun perkembangan hari ini menunjukkan gencatan senjata tersebut berada di titik kritis. Artileri, mortir, dan jet tempur kembali berbicara lebih lantang daripada diplomasi.
Editor: Anton Suhartono