Perang Total di Depan Mata, Israel Klaim Kuasai 40% Gaza Sebelum Serangan Besar
GAZA, iNews.id - Situasi di Jalur Gaza makin mendekati perang total. Militer Israel mengklaim telah menguasai 40 persen wilayah Kota Gaza, meskipun serangan besar-besaran untuk merebut kota itu baru akan dimulai dalam waktu dekat.
Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Effie Defrin, menyatakan militernya akan terus memperluas kendali dan meningkatkan intensitas serangan. “Kami akan meningkatkan tekanan terhadap Hamas hingga kekuatan mereka benar-benar dikalahkan,” ujarnya.
Operasi Kereta Perang Gideon II Segera Dimulai
Media Israel, Channel 14, melaporkan bahwa operasi darat bersandi “Kereta Perang Gideon II” akan diluncurkan pekan depan. Operasi ini diproyeksikan menjadi serangan paling besar sejak invasi Israel ke Gaza dimulai tahun lalu.
Kepala Staf IDF, Letnan Jenderal Eyal Zamir, bahkan sudah meninjau langsung perimeter Gaza untuk memastikan kesiapan pasukan.
Warga Sipil Jadi Korban
Serangan Israel ke Kota Gaza pada Kamis (4/9/2025) menewaskan lebih dari 30 orang. Secara keseluruhan, 64 warga Gaza meninggal dunia hanya dalam sehari akibat pengeboman intensif. Pertahanan Sipil Gaza memperingatkan jumlah korban akan terus meningkat jika serangan darat benar-benar dimulai.
Sementara itu, IDF memperkirakan serangan besar ini dapat memaksa sekitar 1 juta warga Gaza mengungsi ke wilayah selatan.
Ambisi Netanyahu
Langkah agresif Israel ini sejalan dengan instruksi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang pada 20 Agustus lalu memerintahkan percepatan rencana mencaplok Jalur Gaza, dimulai dari Kota Gaza.
Meski mendapat peringatan keras dari masyarakat internasional bahwa serangan itu bisa mengakibatkan kehancuran total, Netanyahu tetap menegaskan bahwa operasi ini merupakan jalan untuk “mengamankan Israel secara permanen.”
Dengan klaim penguasaan 40 persen wilayah Kota Gaza sebelum serangan besar diluncurkan, tanda-tanda perang total semakin jelas. Pertempuran mendatang diyakini tidak hanya akan menentukan nasib Hamas, tetapi juga masa depan Gaza yang kini berada di ujung kehancuran.
Editor: Anton Suhartono