Perayaan Natal di Bethlehem, Uskup Agung Singgung Penderitaan Warga Jalur Gaza
BETHLEHEM, iNews.id - Ratusan warga Palestina dan peziarah dari berbagai negara memenuhi Gereja Kelahiran di Bethlehem, daerah pendudukan Tepi Barat, Palestina, Selasa (24/12/2019) tengah malam, untuk menghadiri misa Natal.
Di antara ratusan itu terdapat beberapa pejabat pemerintah Palestina, termasuk Presiden Mahmoud Abbas.
Pada tengah malam, bel berbunyi di seluruh kota, sebelum Uskup Agung Pierbattista Pizzaballa, pejabat Katolik Roma paling senior di Timur Tengah, memimpin doa.
"Saat Natal, seluruh dunia memandang kita, ke Betlehem," katanya, dikutip dari AFP, Rabu (25/12/2019).
"Salam khusus bagi saudara-saudari kita di Gaza, di mana saya merayakan Natal 2 hari yang lalu bersama mereka," ujarnya, menambahkan.
Pizzaballa, yang bermukim di Yerusalem, mengatakan, setelah kedatangannya di Gaza, dia mengetahui masyarakat di wilayah yang diblokade Israel sejak 2007 itu menghadapi masa-masa yang sangat sulit.
"Kami melihat pada masa ini lemahnya politik, masalah ekonomi sangat besar, pengangguran, masalah keluarga. Di sisi lain, ketika saya mengunjungi keluarga, paroki, masyarakat, saya melihat banyak komitmen untuk masa depan. Natal bagi kita adalah merayakan harapan," tuturnya.
Sebelumnya, di senja hari, ribuan orang menyaksikan peserta berpawai di depan pohon Natal raksasa di alun-alun Bethlehem, lokasinya berada di depan gereja.
Gereja Kelahiran merupakan yang pertama dibangun di lokasi itu pada abad keempat, meskipun bangunannya sudah diganti akibat kebakaran pada abad keenam.
Perayaan Natal tahun ini dimeriahkan dengan kembalinya kepingan kayu yang diyakini pernah digunakan sebagai tempat tidur Yesus.
Kepala penjaga untuk Holy Land, Francesco Patton, menjelaskan, kepingan itu dikirim sebagai hadiah kepada Paus Theodore I pada tahun 640. Kepingan itu berada di Eropa selama lebih dari 1.300 tahun sebelum dikembalikan ke Bethlehem pada bulan lalu.
Di alun-alun oleh gereja, Menteri Pariwisata Palestina Rula Maayah mengatakan bahwa ini adalah tahun yang baik, dengan 3,5 juta turis mengunjungi Bethlehem.
Hanya saja umat Kristiani dari Gaza yang datang lebihg sedikit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya karena Israel hanya memberikan izin hanya kepada 200-300 orang dari sekitar 900 yang mendaftar.
Wilayah Palestina di Tepi Barat dan Gaza dipisahkan oleh Israel. Sangat sulit bagi warga Gaza untuk bisa ke Tepi Barat, demikian pula sebaliknya.
Editor: Anton Suhartono