Peringatan Keras Menlu AS ke Israel: Sandera Tak Bisa Bebas jika Anda Serang Gaza!
GAZA, iNews.id - Amerika Serikat (AS) melayangkan peringatan keras kepada Israel agar segera menghentikan serangan ke Jalur Gaza. Serangan militer Zionis sepanjang Minggu (5/10/2025) saja menewaskan 24 orang, padahal Presiden Donald Trump telah memberikan peringatan.
Laporan dari Al Jazeera Arabic menggambarkan situasi Gaza masih mencekam pada Minggu, menyusul serangan udara dan darat milier Israel.
“Warga Palestina berharap bisa tidur nyenyak, tapi itu tidak terjadi,” kata jurnalis Al Jazeera, Hani Mahmoud, dari Kota Gaza.
Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Marco Rubio menegaskan, pembebasan sandera Israel di Gaza mustahil dilakukan jika Pasukan Pertahanan Israel (IDF) terus menggempur wilayah padat penduduk itu.
Pernyataan Rubio disampaikan menyusul laporan serangan brutal Israel pada Minggu (5/10/2025) yang menewaskan sedikitnya 24 warga Gaza, termasuk empat pencari suaka yang ditembak di dekat pusat distribusi bantuan di Rafah.
Serangan udara dan darat Israel dilaporkan menghantam kamp pengungsian dan pusat Kota Gaza, memicu kepanikan luas di tengah upaya diplomatik untuk menghentikan perang.
“Anda tidak bisa membebaskan sandera di tengah-tengah serangan. Jadi serangan harus dihentikan. Tidak boleh ada perang yang berlangsung selama negosiasi,” tegas Rubio, dalam wawancara dengan CBS, dikutip Senin (6/10/2025).
Rubio menilai Israel harus menunjukkan komitmen terhadap proses negosiasi yang digelar di Mesir. Ia memperingatkan bahwa setiap pelanggaran gencatan senjata hanya akan memperpanjang penderitaan rakyat Gaza dan menghambat pembebasan para sandera.
Sikap Rubio juga mencerminkan ketegangan baru antara Washington dan Tel Aviv setelah Trump sebelumnya mendesak Israel menghentikan semua operasi militer. Namun, Israel tetap membangkang dan melanjutkan pengeboman di berbagai wilayah Gaza.
Data Kantor Media Pemerintah Gaza mengungkap, sejak agresi dimulai pada 7 Oktober 2023, Israel telah melenyapkan lebih dari 2.700 keluarga atau sekitar 8.500 orang, termasuk 1.015 bayi berusia di bawah satu tahun. Selain itu, 1.670 tenaga medis, 254 jurnalis, dan 140 petugas penyelamat dilaporkan tewas akibat serangan yang terus berlanjut.
Editor: Anton Suhartono