Peringatkan Ada Varian Covid Lebih Berbahaya, WHO: Pandemi Masih Jauh dari Akhir
JENEWA, iNews.id - Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan ada kemungkinan muncul Covid dengan varian baru yang lebih berbahaya. Varian ini dinilai lebih menular, mematikan atau memiliki potensi untuk melewati beberapa perlindungan dari vaksin.
Komite darurat badan kesehatan global mengatakan strain mutan akan membuat pandemi lebih sulit untuk berakhir. Meskipun ada upaya nasional, regional, dan global, pandemi ini belum selesai.
Saat ini berkembang empat varian Covid yang menyebar di dunia, Alpha, Beta, Gamma dan Delta. Covid varian Delta pertama kali terdeteksi di India dan kini sudah menyebar ke berbagai negara.
Ketua komite, Didier Houssin mengatakan, kondisi pandemi saat ini mengkhawatirkan. Setelah 1,5 tahun WHO pertama kali mengumumkan Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (PHEIC), saat ini pandemi Covid masih belum selesai.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus meminta China lebih transparan soal asal muasal virus tersebut. Investigasi di Wuhan awal tahun ini terhambat oleh kurangnya data mentah pada hari-hari pertama penyebaran virus.
Sebuah tim menghabiskan empat minggu di dalam dan di sekitar kota bersama para peneliti China mengatakan, virus itu mungkin telah ditularkan dari kelelawar ke manusia melalui hewan lain.
Mereka mengatakan, tidak mungkin jika pandemi ini bermula dari insiden laboratorium. China juga menyebut, mempolitisasi masalah Covid akan menghambat penyelidikan.
Tetapi negara-negara lain termasuk Amerika Serikat dan beberapa ilmuwan tidak puas dengan hasil laporan tersebut.
"Kami meminta China untuk transparan dan terbuka dan untuk bekerja sama. Kami berutang kepada jutaan orang yang menderita dan jutaan orang yang meninggal untuk mengetahui apa yang terjadi," kata Tedros, Kamis (15/7/2021).
Pakar darurat utama WHO, Mike Ryan mengatakan, Tedros akan memberi penjelasan singkat kepada 194 negara anggota organisasi dunia ini pada hari Jumat (16/7/2021) mengenai studi fase kedua yang diusulkan.
"Kami berharap dapat bekerja sama dengan rekan-rekan China dalam proses itu. Direktur jenderal akan menguraikan langkah-langkah untuk negara-negara anggota pada pertemuan itu," katanya.
Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn, yang mengadakan pembicaraan dengan Tedros pada hari Kamis juga mendesak China untuk memungkinkan penyelidikan tentang asal-usul pandemi Covid-19 berlanjut.
Selama kunjungan ke markas besar WHO di Jenewa, Spahn juga mengumumkan adanya sumbangan 260 juta euro atau 307 juta dolar AS untuk program ACT-Accelerator WHO. Program ini bertujuan untuk memastikan seluruh dunia, termasuk negara-negara miskin, menerima vaksin dan tes Covid-19.
Editor: Umaya Khusniah