Peristiwa Sejarah 9 November, Napoleon Berkuasa hingga Hadiah Nobel Fisika untuk Einstein
JAKARTA, iNews.id - Peristiwa sejarah hari ini 9 November, di antaranya Napoleon Bonaparte merebut kekuasaan monarki Prancis serta ilmuwan Albert Einstein mendapat Hadiah Nobel Fisika.
Sementara itu di dalam negeri, 9 November menjadi tanggal wafatnya Letnan Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo, mantan komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), sekarang bernama Kopassus, yang berjasa dalam penumpasan gerakan Komunis di Indonesia.
Napoleon Bonaparte resmi merebut kekuasaan penuh di Prancis pada 9 November 1799 melalui Kudeta 18 Brumaire. Setelahnya, Napoleon menata ulang sistem militer Prancis, bersamaan dengan dibentuknya pasukan cadangan guna mendukung aksi militer di Italia dan Rhine.
Setahun berselang, Prancis menang atas Austria dalam Pertempuran Marengo.
Kebakaran hebat melanda Boston pada 9 November 1872 serta tercatat sebagai salah satu kebakaran paling dahsyat dan merusak sepanjang sejarah Amerika Serikat. Api berkobar pada pukul 19.00 di sebuah gedung 6 lantai di sudut Jalan Kingston, kawasan bisnis Boston.
Alarm baru berbunyi setelah api melahap gedung dan menyambar ke bangunan lainnya. Situasi semakin buruk karena material bangunan yang sebagian besar terbuat bahan kayu. Ditambah, petugas pemadam kebakaran kekurangan personel dan pasokan air tidak memadai. Api berhasil dipadamkan keesokan harinya.
Peristiwa ini mengakibatkan 30 orang tewas, sekitar 20.000 pegawai kehilangan pekerjaan, sekitar 1.000 warga kehilangan tempat tinggal, serta menghancurkan 776 unit bangunan.
Tanggal 9 November 1921 menjadi hari bersejarah bagi fisikawan Albert Einsten, yakni menerima Hadiah Nobel Fisika. Nobel tersebut diberikan oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Swedia kepada Einstein atas jasanya terhadap fisika teoritis, terkhusus pada penemuannya terkait hukum efek fotolistrik.
Nama Albert Einstein semakin terkenal sebagai ilmuwan paling terkenal sepanjang sejarah.
Tembok Berlin merupakan simbol Perang Dingin yang memisahkan Jerman Barat dan Jerman Timur. Pejabat Jerman Timur membuka Tembok Berlin pada 9 November 1989, sehingga masyarakat bisa bepergian dari Berlin Timur ke Berlin Barat, maupun sebaliknya.
Keputusan pemerintah tersebut tentu disambut baik masyarakat, bahkan warga berusaha merobohkan tembok sepanjang 155 km itu.
Sarwo Edhie Wibowo bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR), cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI), usai Proklamasi Kemerdekaan RI.
Dia merupakan sosok yang dekat dengan Letjen Ahmad Yani. Kedekatannya dengan Ahmad Yani membuat mimpinya menjadi tentara menggelora. Sarwo kemudian bergabung dengan batalion Ahmad Yani di Magelang, Jawa Tengah.
Selama berkiprah di TNI, karier Sarwo terbilang moncer. Dia pernah menjadi Komandan Batalion di Divisi Diponegoro pada 1945-1951, Komandan Resimen Divisi Diponegoro pada 1951-1953, Wakil Komandan Resimen di Akademi Militer Nasional pada 1959-1961, Kepala Staf Resimen Pasukan Komando pada 1962-1964, dan Komandan RPKAD pada 1964-1967.
Selama kiprahnya sebagai komandan, Sarwo kerap melakukan show of force dan memperlihatkan kekuatan militer Indonesia sehingga membuat masyarakat tak takut dengan kekuatan pemberontak PKI. Dia pun menjadi salah satu jenderal paling disegani di Indonesia.
Editor: Anton Suhartono