Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kasus Covid-19 Naik Lagi di Indonesia, Anak-Anak Paling Rentan!
Advertisement . Scroll to see content

Pernyataan PM Inggris Soal Tingginya Angka Kematian Akibat Covid-19 Picu Kemarahan

Selasa, 07 Juli 2020 - 21:01:00 WIB
   Pernyataan PM Inggris Soal Tingginya Angka Kematian Akibat Covid-19 Picu Kemarahan
Perdana Menteri (PM) Inggris, Boris Johnson (foto: AFP)
Advertisement . Scroll to see content

LONDON, iNews.id - Pernyataan Perdana Menteri (PM) Inggris, Boris Johnson memicu kemarahan relawan kesehatan setelah menyebut rumah perawatan pasien Covid-19 sebagai penyumbang terbanyak angka kematian akibat virus tersebut di Inggris.

Inggris merupakan salah satu negara Eropa dengan kasus infeksi dan angka kematian akibat Covid-19 tertinggi. Berdasarkan data Selasa (7/7/2020) Inggris mencatatkan lebih dari 286.000 kasus positif dan lebih dari 40.000 angka kematian yang telah dikonfirmasi.

Kantor Statistik Nasional (NOS) mencatat angka kematian di rumah perawatan akibat Covid-19 di Inggris dan Wales hingga 26 Juni kemarin sebanyak 14.582. Rumah perawatan merupakan fasilitas kesehatan pendukung yang berada di luar area rumah sakit guna menampung pasien dengan gejala ringan.

Tingginya kasus infeksi Covid-19 sejak Januari lalu memaksa otoritas kesehatan Inggris memindahkan pasien lansia dari rumah sakit ke rumah perawatan, langkah ini ditujukan guna mengurangi beban rumah sakit serta memberikan ruang perawatan bagi pasien dengan status darurat.

Namun langkah ini justru menuai kritik dari Perdana Menteri Boris Johnson. Dalam pidatonya, Senin (6/7/2020) kemarin, Boris menuding rumah-rumah perawatan mengabaikan protokol kesehatan sehingga memunculkan banyak kasus kematian.

"Kami menemukan terlalu banyak rumah perawatan tidak benar-benar mengikuti prosedur dengan cara yang bisa mereka lakukan, tapi kami terus belajar," kata Boris dikutip dari AFP. 

Pernyataan Boris justru menyulut kemarahan para penyedia rumah perawatan. Mereka menganggap ucapan Boris sebagai upaya membelokkan fakta buruknya penanganan Covid-19 yang dilakukan pemerintah Inggris.

Mark Adams, Kepala Eksekutif Integrated Care, yang menyediakan layanan bagi penyandang disabilitas dan demensia menyebut pernyataan Boris tersebut sebagai tindakan pengecut.

"Jika ini benar-benar pandangannya, maka saya pikir kami memasuki realitas dimana pemerintah menetapkan aturan, kami mengikutinya, mereka tidak menyukai hasilnya, kemudian membantah aturan tersebut lalu mulai menyalahkan orang-orang," kata Adams.

Adam menambahkan, pernyataan Boris justru semakin memperlihatkan bagaimana pemerintah Inggris berusaha menyelamatkan institusi ketimbang keselamatan warganya.

"Apa yang kita dapatkan adalah sejarah yang ditulis ulang di depan kita," lanjutnya.

Editor: Arif Budiwinarto

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut