Pertama Kali, 12 Remaja Thailand dan Tim Penyelamat Gelar Jumpa Pers
CHIANG RAI, iNews.id - Para pemain sepak bola junior Thailand dan asisten pelatih mereka yang diselamatkan dari Gua Tham Luang akan muncul ke publik untuk pertama kali, Rabu (18/7/2018). Mereka akan muncul dalam konferensi pers yang disiarkan langsung dari Chiang Rai, Thailand.
Remaja laki-laki berusia 11 hingga 16 tahun, serta asisten pelatih berusia 25 tahun menjadi pemeberitaan internasional setelah terjabak di Gua Tham Luang pada 23 Juni. Mereka masih dirawat di rumah sakit Chiang Rai sejak dikeluarkan secara bertahap pada 8 sampai 10 Juli.
Pemerintah Thailand menyediakan waktu 45 menit di "Thailand Moves Forward" untuk konferensi pers, dimulai pukul 18.00 waktu setempat, setelah lagu kebangsaan disiarkan. Momen itu akan disiarkan langsung di puluhan saluran televisi.
Dalam konferensi pers itu, 12 remaja, asisten pelatih, serta beberapa penyelamat akan menjawab pertanyaan dari awak media.
Beberapa tokoh televisi Thailand bergurau bahwa para remaja itu akan meningkatkan rating program televisi yang biasanya menayangkan percakapan soal kinerja pemerintah militer.
“Ini merupakan kisah yang ingin didengar semua warga Thai. Jangan matikan televisi, jangan biarkan volumenya mati. Ini akan membantu pemeringkatan Thailand Moves Forward,” canda presenter TV VOICE, stasiun televisi yang sering mengecam pemerintah militer.
Operasi penyelamatan tim sepak bola remaja Thailand menarik perhatian ribuan media internasional dan lokal. Namun setelah semua korban dikeluarkan dari gua, wilayah itu kembali sepi. Namun, Chiang Rai mulai ramai lagi pada Rabu menjelang konferensi pers. Penampilan 12 remaja itu sangat ditunggu-tunggu.
“Para wartawan sudah kembali. Saya harus menjemput seorang reporter Jepang dari bandara pada pukul 02.00," kata seorang warga dan operator tur Chiang Rai, Manop Netsuwan.
Di Bandara Chiang Rai, layar besar dengan gambar kartun 12 remaja dan para penyelamat menyambut para pengunjung. Dalam layar itu terdapat tulisan, “Pahlawan Kami”.
Media dan publik diminta menghormati privasi para korban dengan tidak mengajukan pernyataan yang sensitif. Pemerintah khawatir dampak perhatian media yang tiba-tiba bisa memengaruhi kesehatan mental 12 remaja tersebut.
"Media tahu anak-anak berada dalam situasi sulit, mereka mengatasi bahaya dan jika Anda mengajukan pertanyaan berisiko maka itu bisa melanggar hukum," kata Wakil Sekretaris Kementerian Kehakiman, Tawatchai Thaikaew.
"Kami tidak tahu luka apa yang diderita anak-anak di dalam hati mereka," ujar dia.
Editor: Nathania Riris Michico