Pertempuran Pecah di Ibu Kota Sudan, Kelompok Militer Saling Tuduh Mau Kudeta
KHARTOUM, iNews.id – Bentrokan antarkelompok militer di Sudan menyisakan kabar yang simpang siur. Pasukan Dukungan Cepat (RSF) negara itu mengklaim telah merebut Istana Republik (kantor kepresidenan Sudan).
Selain itu, pasukan itu juga mengaku telah menduduki kediaman panglima militer dan Bandara Internasional Khartoum pada Sabtu (15/4/2023) ini dalam upaya kudeta. Akan tetapi, Tentara Nasional Sudan menyatakan sedang memerangi RSF.
Reuters melansir, RSF menuduh Tentara Nasional Sudan menyerang mereka lebih dulu. Kelompok militer itu juga mengatakan, mereka telah mengambil alih bandara di kota utara Merowe dan di El-Obeid di barat.
Situasi di lapangan sendiri sampai sejauh ini masih tidak jelas. Tentara mengatakan sedang bertempur di beberapa lokasi yang diklaim RSF telah mereka rebut. Tentara Sudan juga mengklaim telah merebut beberapa pangkalan RSF dan membantah bahwa RSF telah merebut bandara di Merowe.
Konfrontasi besar antara RSF dan Tentara Nasional Sudan dapat menjerumuskan negeri Afrika ke dalam konflik yang meluas. Apalagi, negara itu tengah berjuang untuk bangkit dari kehancuran ekonomi dan kekerasan antarsuku. Konflik kali ini dan juga dapat menggagalkan upaya negara itu menuju pemilu.
Bentrokan tersebut menyusul meningkatnya ketegangan antara Tentara Nasional Sudan dan RSF terkait integrasi RSF ke dalam militer. Timbul pula persoalan siapa yang harus mengawasi proses penggabungan tersebut.
Ketidaksepakatan itu telah menunda penandatanganan perjanjian yang didukung secara internasional dengan partai-partai politik tentang transisi menuju demokrasi di Sudan.
Pasukan sipil yang menandatangani versi draf perjanjian itu pada Desember lalu, pada Sabtu ini menyerukan agar para pihak segera menghentikan permusuhan, baik oleh tentara maupun RSF. Jika tidak, Sudan akan tergelincir menuju jurang kehancuran total.
“Ini adalah momen penting dalam sejarah negara kita. Ini adalah perang yang tidak akan dimenangkan oleh siapa pun, dan itu akan menghancurkan negara kita selamanya,” kata pasukan sipil dalam pernyataannya.
RSF menuduh Tentara Nasional Sudan hendak mencoba melakukan kudeta. Sebaliknya, Tentara Nasional Sudan juga menuduh justru RSF-lah yang ingin berbuat makar.
RSF dipimpin oleh mantan pemimpin milisi Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, atau lebih dikenal sebagai Hemedti. Dia menjadi wakil pemimpin Dewan Kedaulatan yang berkuasa di Sudan, yang dipimpin oleh Jenderal Angkatan Darat Abdel Fattah al-Burhan, pascadigulingkannya Presiden Omar Hassan al-Bashir pada 2019.
Tentara mengatakan, Angkatan Udara Sudan sedang melakukan operasi melawan RSF. Cuplikan dari media lokal menunjukkan sebuah pesawat militer di langit di atas Ibu Kota Khartoum. Akan tetapi, Reuters tidak dapat mengonfirmasi secara independen tayangan tersebut.
Tembakan terdengar di beberapa bagian Khartoum dan saksi mata melaporkan penembakan di kota-kota yang berdekatan. Sementara seorang jurnalis Reuters melihat meriam dan kendaraan lapis baja dikerahkan di jalan-jalan ibu kota dan mendengar tembakan senjata berat di dekat markas tentara dan RSF.
Tayangan TV menunjukkan asap mengepul di beberapa wilayah Khartoum.
Dokter mengatakan sedikitnya tiga warga sipil tewas.
Bentrokan juga terjadi di kantor pusat TV milik Pemerintah Sudan, kata seorang pembaca berita yang muncul di layar.
Editor: Ahmad Islamy Jamil