Pesanan Menurun, Airbus Akan Hentikan Produksi Pesawat Superjumbo A380
PARIS, iNews.id - Produsen pesawat Eropa, Airbus, mengeluarkan pengumuman mengejutkan pada Kamis (14/2/2019) yakni akan menghentikan produksi burung besi superjumbo A380.
Pengiriman terakhir pesawat bertingkat dua itu akan berlangsung pada 2021 atau hanya berusia 14 tahun sejak pengiriman pertama dilakukan.
Menurut keterangan Airbus, perusahaan menghentikan produksi setelah maskapai Uni Emirat Arab, Emirates, mengurangi pemesanan total A380 sebanyak 39 unit. Hal ini akan memengaruhi biaya produksi.
"Tanpa Emirates, Airbus tidak punya jaminan pemesanan yang substansial dan tidak ada dasar untuk mempertahankan produksi A380 setelah 2021," kata Guillaume Faure, pejabat Airbus yang mengambil alih posisi CEO dari Tom Enders pada musim semi ini, seperti dikutip dari AFP, Jumat (15/2/2019).
Airbus mengalami puncak kejayaan produksi superjumbo A380 saat mendapat pesanan 320 unit. Banderol per unit dari pesawat yang mampu mengangkut 500 sampai 850 penumpang itu berkisar 446 juta dolar AS atau sekitar Rp6,2 triliun, meskipun perusahaan kerap menawarkan diskon besar.
Para analis memperingatkan, Airbus tidak akan bisa mendapat 25 miliar euro untuk investasi dan biaya produksi kecuali mampu menjual 400 sampai 600 unit A380. Namun perusahaan tak pernah mengungkap berapa jumlah minimal pesawat yang harus diproduksi untuk mencapai titik impas.
Kekhawatiran yang diungkap para analis adalah adanya masalah teknis yakni keterlambatan pengiriman sehingga membuat pesanan menumpuk.
Airbus hanya mengungkap, dengan berkurangnya pemesanan dari Emirates, selaku pembeli A380 terbanyak, jumlah total pesanannya hanya 274 unit.
Tahun lalu Airbus sudah memberikan sinyal bahwa produksi A380 akan dihentikan jika tidak ada pemesanan baru yang masuk.
Emirates sempat memesan 36 unit A380 lagi, namun kemudian dibatalkan dan mengalihkannya ke model A330 dan A350 yang lebih kecil.
Pada 2018, Airbus hanya mengirim 10 unit A380 superjumbo ke maskapai. Sementara untuk 2019, akan membuat 8 unit, 2020 sebanyak 7 unit, dan terakhir pada 2021 dua unit.
Editor: Anton Suhartono