Pesawat C-130 Hercules Turki yang Jatuh Berusia 56 Tahun, Pernah Digunakan AU Arab Saudi
ANKARA, iNews.id - Kecelakaan tragis pesawat militer C-130 Hercules Angkatan Udara Turki di Georgia, Selasa (11/11/2025), menewaskan seluruh 20 personel di dalamnya. Berdasarkan data situs web pelacakan penerbangan, FlightRadar24, pesawat tersebut berusia lebih dari setengah abad dan memiliki sejarah panjang sebelum akhirnya jatuh di pegunungan Kaukasus.
Pesawat dengan nomor registrasi TUAF543 itu merupakan C-130 Hercules buatan pabrikan Amerika Serikat (AS) Lockheed Martin, yang pertama kali mengudara pada akhir 1960-an. Sebelum bergabung dengan Angkatan Udara Turki, pesawat pernah digunakan Angkatan Udara Kerajaan Arab Saudi (Royal Saudi Air Force) selama beberapa dekade.
Pesawat tersebut kemudian diambil alih oleh Turki pada 2010, sebagai bagian dari program transfer dan modernisasi armada angkut militer. Meski sudah mengalami peremajaan sistem avionik dan struktur pada awal 2010-an, usia pesawat yang mencapai 56 tahun menimbulkan pertanyaan soal kelayakan dan perawatan jangka panjangnya.
Kronologi Kecelakaan
Flightradar24 mengungkap, pesawat berangkat dari Bandara Internasional Ganja, Azerbaijan, pada pukul 10.19 UTC dengan tujuan Turki. Pesawat sempat mencapai ketinggian jelajah 24.000 kaki sebelum sinyal terakhir terekam pada pukul 10.49 UTC.
Beberapa rekaman video amatir memperlihatkan asap putih keluar dari sayap pesawat sebelum pesawat kehilangan kendali, berputar di udara, lalu menghantam tanah dan meledak hebat di dekat Kota Sighnaghi, Georgia, sekitar 64 kilometer dari perbatasan Azerbaijan.
Bagian kokpit dan ekor (empennage) terpisah dari badan pesawat utama, sementara sayap masih menempel pada fuselage yang hancur total. Tim penyelamat dari Turki, Georgia, dan Azerbaijan dikerahkan ke lokasi.
Tidak Ada Korban Selamat
Kementerian Pertahanan Turki mengonfirmasi seluruh 20 personel militer, termasuk kru, tewas dalam kecelakaan tersebut. Pemerintah Georgia menyatakan belum semua jenazah korban berhasil ditemukan karena kondisi puing yang tersebar di area luas.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyampaikan duka cita mendalam atas tragedi ini.
“Turki sangat menghargai koordinasi dan bantuan yang diberikan pemerintah Georgia dan tim tanggap darurat,” ujarnya dalam pernyataan resmi.
Dugaan Awal: Kerusakan Mekanik
Penyelidikan awal menunjukkan kemungkinan kuat bahwa kerusakan mekanik menjadi penyebab utama kecelakaan. Tim investigasi gabungan dari Turki dan Georgia kini sedang menganalisis rekaman data penerbangan (FDR) dan perekam suara kokpit (CVR) untuk memastikan penyebab pasti.
Kecelakaan ini kembali memunculkan perdebatan di Turki soal penggunaan pesawat militer berusia tua, terutama model C-130 lawas yang sudah dioperasikan sejak era Perang Dingin.
Dengan usia lebih dari lima dekade dan riwayat operasional di dua negara, insiden ini menjadi peringatan keras bagi militer Turki untuk meninjau kembali armada transportasinya dan mempercepat program modernisasi pesawat angkut strategis.
Editor: Anton Suhartono