Pilpres Iran, 2 Kandidat Garis Keras Mundur Sehari Jelang Pencoblosan
DUBAI, iNews.id - Dua kandidat Pemilihan Presiden (Pilpres) Iran 2024 mengundurkan diri, Kamis (27/6/2024), atau sehari sebelum pemungutan suara berlangsung. Keduanya merupakan calon dari kelompok garis keras yang juga loyalis pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Dua kandidat itu adalah Wali Kota Teheran Alireza Zakani dan Ketua Yayasan Martir Amirhossein Ghazizadeh-Hashemi. Keduanya menyerukan persatuan di antara berbagai kekuatan guna mendukung mendukung revolusi Islam.
Zakani dan Ghazizadeh-Hashemi merupakan dua kandidat paling bawah berdasarkan hasil polling. Mereka diperkirakan hanya meraih, masing-masing 1,7 dan 2 persen suara berdasarkan hasil polling yang digelar Pusat Pemungutan Suara Mahasiswa Iran pada 22 dan 23 Juni.
Dengan mundurnya dua kandidat tersebut berarti Pilpres Iran menyisakan empat calon. Dua di antaranya, Saeed Jalili dan Mohammad Baqer Qalibaf, merupakan calon dari garis keras yang salah satunya diandalkan untuk memenangkan pilpres melawan calon moderat, Masoud Pezeshkian.
Mantan menteri kesehatan itu mendapat dukungan dari kubu reformis, kelompok yang terpinggirkan secara politik. Kelompok ini juga memilih pendekatan damai terhadap Barat yang jelas akan mengganggu agenda-agenda kubu garis keras.
Zakani mendesak kedua kandidat garis tersebut untuk menyatukan kekuatan.
“Saya menyerukan kepada Saeed Jalili dan Mohammad Baqer Qalibaf untuk bersatu dan tidak membiarkan tuntutan kekuatan revolusioner tidak terpenuhi,” tulis Zakani, dalam pernyataan di media sosial X.
Pilpres Iran akan digelar pada Jumat besok untuk mencari penggangi Ebrahim Raisi yang meninggal dunia akibat kecelakaan helikopter bulan lalu. Hasil pilpres ini sangat penting bagi kubu garis keras karena akan memengaruhi posisi pengganti pemimpin tertinggi Khamenei. Dengan usia yang sudah menginjak 85 tahun, besar kemudian Khamenei akan segera turun.
Presiden Iran biasanya berperan besar dalam proses pemilihan pemimpin tertinggi.
Posisi pemimpin tertinggi memegang peran penting dalam sistem pemerintahan Iran, seperti mengatur kebijakan luar negeri, termasuk perjanjian nuklir serta perang.
Editor: Anton Suhartono