Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Ariana Grande Terkena Covid-19 hingga Sejumlah Acara Dibatalkan, Begini Kondisinya
Advertisement . Scroll to see content

Polisi dan Warga Bentrok karena Tolak Pemakaman Jenazah Pasien Corona

Jumat, 08 Mei 2020 - 12:52:00 WIB
Polisi dan Warga Bentrok karena Tolak Pemakaman Jenazah Pasien Corona
Polisi menembakkan gas air mata kepada pengunjuk rasa (ilustrasi). (Foto: ANTARA)
Advertisement . Scroll to see content

TEGUCIGALPA, iNews.id – Sejumlah warga di daerah miskin Ibu Kota Honduras, Tegucigalpa, bentrok dengan polisi antihuru-hara, Kamis (7/5/2020) waktu setempat. Bentrokan terjadi lantaran para penduduk itu menolak pemakaman seseorang yang diduga meninggal akibat virus corona (Covid-19).

Sampai hari ini, negara Amerika Tengah itu telah melaporkan 1.461 kasus infeksi virus corona. Kebanyakan kasus infeksi itu terdapat di Kota Tegucigalpa. Sementara, jumlah pasien Covid-19 yang meninggal di Honduras sejauh ini adalah 99 jiwa.

Menurut warga, permukiman mereka kekurangan sanitasi yang memadai untuk pemakaman. Kondisi tersebut menjadi salah satu alasan mereka menolak pemakaman pasien Covid-19 di lingkungan mereka.

Polisi antihuru-hara pun menembakkan gas air mata ketika warga yang bersenjatakan batu membakar ban dan memblokade jalan menuju Pemakaman Amor Eterno, di permukiman La Era, Tegucigalpa. Selain dengan batu, warga juga melemparkan benda-benda lainnya ke arah aparat keamanan.

“Di sini tak ada air. Kami kelaparan tetapi mereka malah membawakan kami penyakit dan orang meninggal. Kami tidak akan mengizinkan mereka (dimakamkan di sini). Kami takut,” kata seorang perempuan kepada stasiun TV lokal seperti dikutip Reuters, Jumat (8/5/2020).

Raul Mejia, yang memimpin pasukan kepolisian, mengatakan kepada stasiun TV yang sama bahwa dia para personelnya telah diperintahkan untuk mundur. “Kami tak ingin membahayakan warga,” ujarnya. Mejia pun menuturkan, seharusnya ada pemakaman yang terpisah bagi pasien Covid-19.

Saat ini, Pemerintah Honduras memberlakukan jam malam sejak pertengahan Maret. Seluruh sekolah, universitas, layanan publik nonesensial, dan bisnis swasta di negara itu ditutup untuk menekan penyebaran pandemi corona. Langkah pembatasan tersebut dijadwalkan berakhir pada 17 Mei ini.

Insiden berulang

Pada Senin (4/5/2020) lalu, ratusan orang lainnya di Honduras juga memblokir jalan raya untuk mencegah pemakaman pasien Covid-19 di dekat lingkungan mereka. Pada waktu itu, ada sekitar 300 penduduk dari 20-an kawasan permukiman menggelar aksi protes. Massa tersebut—yang juga bersenjatakan batu-batu besar—membakar ban dan ranting-ranting kayu untuk memblokir jalan raya di perbatasan Kota Tegucigalpa dan Afdeling Olancho.

Polisi anti-huru-hara pun akhirnya bergerak untuk menyapu para demonstran dan membuka blokir jalan tersebut. Wakil Menteri Kesehatan Honduras, Roberto Cosenza mengatakan, insiden semacam itu bakal menjadi semakin umum di negaranya.

Di beberapa wilayah Honduras, penduduk setempat bahkan bergabung dengan aparat keamanan untuk mencegah iring-iringan pemakaman melewati lingkungan mereka. “Kerabat pasien harus mencoba menemukan tempat yang tepat untuk menguburkan jenazah,” kata Cosenza dikutip AFP.

Dalam beberapa kasus, ada pula keluarga sendiri yang justru menolak menerima jenazah korban virus corona dari kamar mayat, meskipun jasad korban itu telah dibungkus plastik. “Petugas Dinas Kesehatan akhirnya yang harus pergi ke pemakaman untuk menguburkan jenazah itu,” tutur Cosenza.

Editor: Ahmad Islamy Jamil

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut