Presiden Brasil Dilarikan ke Rumah Sakit untuk Operasi Darurat, Ada Apa?

BRASILIA, iNews.id - Presiden Brasil Jair Bolsonaro (66) dilarikan ke rumah sakit di Kota Sao Paulo. Dia akan menjalani operasi usus yang tersumbat. 

Di halaman Facebook, Bolsonaro mengunggah foto dirinya tersenyum dengan mata tertutup dan berbaring di ranjang rumah sakit dalam kondisi tubuh dipasangi sensor dan kabel. 

Baca Juga

Kenapa Paspor Timor Leste Lebih Kuat daripada Paspor Indonesia?

"Saya berterima kasih kepada semua orang atas dukungan dan doa mereka," kata Bolsonaro, dalam posting-an tersebut. 

Bolsonaro awalnya pergi ke rumah sakit militer di Brasilia pada Rabu (14/7/2021) pagi untuk menjalani tes terkait sendawa kronis. Namun, ahli bedah yang mengoperasi Bolsonaro pada 2018, Antônio Luiz Macedo, memutuskan presiden harus dirujuk ke Sao Paulo guna menjalani pemeriksaan ambahan terkait penyumbatan usus dan kemungkinan operasi darurat.

Baca Juga

Brasil Catat Rekor 115.228 Kasus Baru Covid dalam Sehari

Menteri Komunikasi Brasil Fabio Faria mengatakan pada konferensi pers, Bolsonaro telah dibius di pagi hari dan kemungkinan akan dibawa ke rumah sakit Sao Paulo.

Dia menambahkan, rangkaian jadwal presiden selama 48 jam akan dibatalkan.

Dilansir dari CNN Brasil, putra Bolsonaro, Flavio, mengatakan prosedur untuk mengeluarkan cairan dari perut ayahnya telah dilakukan sebagai tindakan pencegahan. Jika ayahnya membutuhkan operasi, dia yakin itu bukan operasi serius.

Tepat setelah pukul 16.45 waktu setempat, televisi lokal menayangkan ambulans yang membawa Bolsonaro meninggalkan rumah sakit di Brasilia. Dengan iring-iringan mobil kepresidenan menuju pangkalan udara terdekat.

Sebagai informasi, Bolsonaro hampir meninggal setelah penusukan saat kampanye presiden pada 2018. Akibat penusukan tersebut, Bolsonado harus menjalani serangkaian operasi lanjutan.

Bolsonaro juga menderita batuk yang tak kunjung sembuh usai terinfeksi Covid-19 pada 2020. 

Dia kini tengah disorot akibat penanganan pandemi Covid dan juga skandal korupsi atas pembelian vaksin. 

Editor: Umaya Khusniah