Presiden Chad Idriss Deby Meninggal akibat Serangan Pemberontak
N'DJAMENA, iNews.id - Presiden Chad Idriss Deby meninggal akibat luka saat mengunjungi pasukannya yang berjuang di garis depan pertempuran. Dia baru sehari dinyatakan sebagai pemenang dalam pemilihan umum (pemilu).
Pria 68 tahun itu mengunjungi pasukannya pada Senin yang memerangi pemberontak di perbatasan dengan Libya. Lokasi itu berjarak ratusan kilometer dari Ibu Kota N'Djamena.
Juru Bicara Angkatan Darat Azem Bermendao Agouna mengumumkan kematiannya dalam siaran televisi pemerintah, dikelilingi sekelompok perwira militer anggota Dewan Transisi Nasional.
"(Deby) Baru saja mengembuskan napas terakhir untuk membela negara yang berdaulat di medan perang. Seruan untuk berdialog dan perdamaian diluncurkan kepada semua warga Chad di dalam dan luar negeri untuk terus membangun negara ini bersama-sama," katanya, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (20/4/2021).
Militer menyatakan Deby memimpin tentaranya pada akhir pekan saat bertempur melawan pemberontak yang melancarkan serangan besar-besaran ke bagian utara saat pemilu.
Putra almarhum seorang jenderal bintang 4 yang juga pemimpin Dewan Transisi Nasional, Mahamat Idriss Deby Itno (37), akan menggantikan Deby.
Dewan Transisi Nasional meyakinkan kepada rakyat Chad bahwa semua tindakan telah diambil untuk menjamin perdamaian, keamanan, dan ketertiban umum.
Negara-negara Barat menilai Deby sebagai sekutu dalam perang melawan kelompok ekstremis Islam, termasuk Boko Haram di Danau Chad Basin serta kelompok yang terkait dengan Al Qaeda dan ISIS di Sahel.
Namun di dalam negeri, Deby menghadapi ketidakpuasan publik atas pengelolaan kekayaan minyak dan tindakan keras terhadap lawan politik.
Kemenangan dalam pemilu memberinya masa jabatan keenam, namun pemungutan suara pada 11 April diboikot oleh para pemimpin oposisi. Dia merupakan pemimpin terlama yang berkuasa di Chad.
Editor: Anton Suhartono