Presiden Venezuela: Penasihat Keamanan Trump Berencana Membunuh Saya
CARACAS, iNews.id - Presiden Venezuela Nicolas Maduro menuduh Amerika Serikat (AS) sedang berencana membunuhnya dan menggulingkan pemerintahannya.
Pada jumpa pers di Caracas, Maduro secara gamblang menyatakan Penasihat Keamanan Nasional AS, John Bolton, terlibat secara pribadi dalam penyusunan rencana tersebut. Namun, Maduro tidak mengutarakan bukti tuduhan tersebut.
"John Bolton ditugaskan mengatur pembunuhan saya, mengerahkan pasukan asing, dan memasang pemerintahan transisi di Venezuela," ujar Maduro, seperti dilaporkan BBC, Kamis (13/12/2018).
Maduro menegaskan rakyat Venezuela siap melawan dengan bantuan negara-negara sahabat.
Ucapan tersebut tampaknya merujuk pada kedatangan 100 pilot serta dua pesawat pengebom Rusia Tu-160 di Venezuela, awal pekan ini.
Menteri Pertahanan Venezuela, Vladimir Padrino, mengatakan keberadaan dua pesawat yang mampu mengangkut senjata nuklir tersebut merupakan bagian dari latihan angkatan udara.
"Ini yang kita lakukan bersama sahabat kami, karena kami punya sahabat-sahabat di dunia yang membela hubungan bermartabat dan seimbang."
Akan tetapi, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyebut kedatangan dua pesawat itu menyimbolkan "dua pemerintahan korup yang menyia-nyiakan uang masyarakat".
Namun, Pemerintah Rusia menyebut ucapan Pompeo sama sekali tidak pantas.
Lebih dari dua juta orang telah melarikan diri dari Venezuela sejak 2014. Jumlah itu setara dengan 7 persen dari seluruh populasi Venezuela.
Venezuela menuding AS melancarkan perang ekonomi demi mengakhiri sosialisme yang berkuasa di negara itu hampir 20 tahun.
Maduro menyalahkan kebijakan-kebijakan dan beragam sanksi dari AS atas inflasi tinggi, kekurangan pangan, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya.
Pada Senin (10/12), perusahaan pembuat ban asal AS, Goodyear, mengumumkan penghentian operasional di Venezuela. Beragam perusahaan asing, termasuk Kellogg dan Clorox, angkat kaki terlebih dulu.
Editor: Nathania Riris Michico