Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Heboh Skandal Judi Sepak Bola Turki, 29 Pemain Diburu Polisi termasuk Klub Galatasaray
Advertisement . Scroll to see content

Profil Erdogan, Presiden Turki 3 Periode Tak Mempan Dikudeta

Selasa, 19 September 2023 - 17:46:00 WIB
Profil Erdogan, Presiden Turki 3 Periode Tak Mempan Dikudeta
Profil Erdogan, salah satu pemimpin terlama di Turki, menarik disimak (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.idProfil Erdogan, presiden Turki yang menjabat sebagai sejak 2014, menarik disimak. Erdogan merupakan salah satu pemimpin terlama dalam sejarah politik Turki.  Sebelum menjadi presiden, dia menjabat sebagai perdana menteri selama 11 tahun yakni sejak 2003. 

Awalnya, terjadi perubahan dalam Konstitusi Turki melalui referendum pada 2017. Sebelum perubahan tersebut, konstitusi membatasi seorang presiden menjabat selama dua periode, namun setelah perubahan, seseorang diperbolehkan menjabat presiden sampai tiga periode.

Dengan perubahan ini, Erdogan memenangkan pemilihan presiden pertama di bawah aturan baru pada 2018. Karena pemilihan tersebut terjadi di tengah periode legislatif, Erdogan mencalonkan diri lagi pada 2023 dan memenangkannya.

Profil Erdogan

Pemilik nama lengkap Recep Tayyip Erdogan itu lahir di Istanbul pada tanggal 26 Februari 1954. Dia lulus dari Sekolah Dasar Kasimpasa Piyale pada 1965 dan menyelesaikan pendidikan sekolah menengahnya di Sekolah Imam Hatip Istanbul (Sekolah Menengah Kejuruan Keagamaan) pada 1973.

Selanjutnya, dia lulus dari Fakultas Ekonomi dan Ilmu Administrasi Universitas Marmara pada 1981.

Di masa perkuliahan, dia bertemu Necmettin Erbakan, seorang politikus Islamis yang membuatnya aktif di partai pimpinan Erbakan, Partai Kesejahteraan. Namun di Turki ada larangan partai politik berbasis agama. 

Bergabung di Partai Kesejahteraan

Erdogan terpilih sebagai wali kota Istanbul melalui Partai Kesejahteraan (AK) pada 1994. Dia menjadi pmeluk Islam taat pertama yang menjadi wali kota hingga mengguncang kelompok sekuler. Meski demikian Erdogan berhasil menumbuhkan citra positif dengan statusnya yang dianggap asing itu. 

Sayangnya, pada 1998 Erdogan dihukum atas tuduhan menghasut kebencian agama setelah membacakan puisi yang membandingkan masjid dan barak dengan umat beriman dengan tentara. 

Dia dihukum 10 bulan penjara kemudian mengundurkan diri sebagai wali kota. Setahun kemudian, dia bebas dan kembali terjun ke dunia politik. Erdogan kemudian memutuskan hubungan dengan Erbakan serta membantu membentuk Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP). 

Mendirikan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP)

Partai ini memenangkan pemilihan parlemen pada 2002, namun Erdogan secara hukum dilarang menjabat di parlemen atau sebagai perdana menteri terkait hukuman yang diterimanya pada 1998. 

Akan tetapi, amandemen konstitusi pada Desember 2002 secara efektif menghapus diskualifikasi Erdogan. Kemudian pada 9 Maret 2003, dia memenangkan pemilihan sela dan beberapa hari kemudian diminta oleh Presiden Ahmet Necdet Sezer untuk membentuk pemerintahan baru sebagai perdana menteri.

Pada 2007, terjadi ketegangan antara partai sekuler dengan AKP. Kelompok sekuler membawa Partai Erdogan ke Mahkamah Konstitusi untuk dibubarkan.

Selain itu Erdogan dan anggota AKP dilarang dari aktivitas politik selama 5 tahun. Namun Mahkamah Konstitusi membatalkan tuntutan tersebut.

Pasa masa awal kampanye tahun 2011, Erdogan menyampaikan janji untuk mengganti Konstitusi Turki dengan yang baru dengan tujuan memperkuat kebebasan demokrasi. 

Beruntung, pada Juni, Erdogan kembali mendapatkan masa jabatan ketiga sebagai perdana menteri setelah memperoleh suara terbanyak. 

Terpilih sebagai Presiden Turki

Namun pada 2013, AKP melarang Erdogan menjabat perdana menteri untuk periode keempat. Menghadapi itu dia justru mencalonkan diri sebagai presiden. Untuk pertama kali, presiden Turki dipilih melalui pemilihan langsung, bukan dipilih oleh parlemen. 

Erdogan menang dalam pemungutan suara. Kemudian pada 28 Agustus 2014, dia dilantik menjadi presiden Turki.

Segera setelah menjabat, Erdogan mulai menyerukan perubahan konstitusi. Dia berusaha memperluas kekuasaan kepresidenan. Pada 2015, untuk pertama kali, AKP gagal memenangkan suara di parlemen. Hal tersebut dianggap sebagai pukulan terhadap rencana Erdogan untuk memperluas jabatan kepresidenannya. 

Lalu di pemilu sela, AKP akhirnya memenangkan suara terbanyak di parlemen.

Kudeta Erdogan

Setahun kemudian, Erdogan nyaris tak selamat dari upaya kudeta disertai kekerasan. Pelaku kudeta menuduh AKP telah merusak demokrasi dan supremasi hukum di Turki. Namun, kudeta gagal total. Sekelompok jenderal yang melakukan kudeta dikalahkan oleh unit militer yang dibantu warga loyalis Erdogan. 

Peristiwa ini menewaskan hampir 300 orang yang sebagian besar merupakan warga sipil.

Keinginan Erdogan untuk memperluas kekuasaan presiden membuahkan hasil pada April 2017. Perubahan besar pada konstitusi yang menghapus jabatan perdana menteri dan memberdayakan presiden sebagai kepala pemerintahan eksekutif dilakukan melalui referendum. 

Perubahan tersebut diterapkan setelah siklus pemilu berikutnya yang sempat direncanakan pada November 2019. Namun, pemilu dini dibatalkan, dan pada 24 Juni 2018, Erdogan memenangkan mayoritas suara untuk jabatan presiden. 

Setelah dilantik pada 9 Juli, dia mengambil alih jabatan presiden yang sudah diperluas.

Untuk pertama kali sejak AKP meraih kekuasaan pada 2004, hasil pemilu menunjukkan bahwa partai tersebut kehilangan pengaruhnya di lima kota besar, termasuk Ankara dan Istanbul, sehingga memberikan pukulan besar terhadap agenda nasional Erdogan. 

Berbulan-bulan kemudian, beberapa petinggi AKP meninggalkan partai tersebut dan menentang kepemimpinan Erdogan.

Perlawanan Oposisi

Ketika rasa frustrasi meningkat di Turki yang semakin terpolarisasi, partai-partai oposisi mulai bertemu pada 2022 untuk memilih kandidat bersama melawan Erdogan dalam pemilihan presiden Mei 2023. 

Mereka memilih Kemal Kilicdaroglu yang memimpin oposisi di parlemen sejak 2010. Namun, dia tidak memiliki citra yang baik dan tidak pernah memenangkan pemilu selain kursi parlemen. 

Pada Maret 2023, rivalnya, Kilicdaroglu, memimpin pemungutan suara dan Erdogan nyaris kehilangan mayoritas suara sampai dia terpaksa mengikuti pemilu putaran kedua.

Tidak disangka, justru di putaran kedua, Erdogan lebih unggul. Pada 28 Mei 2023, Erdogan terpilih menjadi presiden Turki untuk ketiga kali dan dilantik pada Juni.

Demikian profil Erdogan yang menarik untuk dibahas karena dinamika perpolitikan Turki, persaingan antara kelompok Islam dan sekuler.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut