Profil Greta Thunberg, Aktivis Lingkungan yang Ikut Kapal Bantuan ke Gaza
JAKARTA, iNews.id - Profil Greta Thunberg, remaja aktivis lingkungan yang kembali membuat heboh dunia dengan keputusanya ikut serta dalam kapal kemanusiaan menuju Gaza, menarik diketahui. Dia mengumumkan ikut serta dalam rombongan kapal bantuan kemanusiaan ke Gaza pada Minggu (1/6/2025).
Dia bersama 11 aktivis lainnya, termasuk aktor Game of Thrones Liam Cunningham serta anggota Parlemen Eropa asal Prancis keturunan Palestina, Rima Hassan, ikut dalam pelayaran menggunakan kapal Madleen. Mereka memulai pelayaran dari pelabuhan Catania, Sisilia, Italia, menuju Jalur Gaza.
Penyelenggara pelayaran menjelaskan misi kapal yang dioperasikan oleh kelompok Freedom Flotilla Coalition tersebut bertujuan untuk membongkar pengepungan Israel terhadap Gaza.
Para aktivis mengatakan kapal akan berusaha mencapai pesisir Gaza, juga untuk mengantar bantuan kemanusiaan di samping meningkatkan kesadaran internasional atas krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung.
"Kami melakukan ini karena, tidak peduli seberapa besar rintangan yang akan dihadapi, kami harus terus berusaha," kata Thunberg, dalam pidatonya, sambil meneteskan air mata.
Penghargaan Terkemuka: Time Person of the Year (2019), Right Livelihood Award (2019), dan berbagai penghargaan hak asasi manusia dan lingkungan lainnya.
Greta Thunberg memulai gerakan Fridays for Future pada 2018, saat ia masih berusia 15 tahun. Ia duduk di depan parlemen Swedia dengan papan bertuliskan "Skolstrejk för klimatet" (Mogok sekolah untuk iklim). Aksinya yang sederhana itu menjadi pemicu gerakan global pelajar dan pemuda menuntut tindakan serius terhadap perubahan iklim.
Dalam pidato-pidatonya, Greta menantang para pemimpin dunia untuk bertindak secara ilmiah dan moral. Ia pernah berpidato dengan tajam di hadapan PBB: “How dare you!” yang kini menjadi kutipan ikonik gerakan lingkungan.
Greta Thunberg bukan hanya aktivis iklim tapi juga menjadi pembela hak-hak kemanusiaan, termasuk mendukung rakyat Palestina.
Pada 1 Juni 2025, Greta bergabung dalam pelayaran kapal Madleen, yang membawa bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Kapal itu dioperasikan oleh Freedom Flotilla Coalition, dan mengangkut 11 aktivis kemanusiaan lainnya. Mereka berangkat dari Sisilia, Italia, dengan misi menembus blokade Israel dan memberikan bantuan langsung ke wilayah yang dilanda krisis.
Dalam pidatonya sebelum keberangkatan, Greta berkata dengan mata berkaca-kaca:
"Karena saat kita berhenti berusaha itu berarti kita kehilangan rasa kemanusiaan. Tidak peduli seberapa berbahayanya misi ini, bahkan tidak seberbahaya keheningan seluruh dunia dalam menghadapi genosida yang disiarkan langsung."
Pidatonya ini memicu gelombang empati dan juga kontroversi. Israel membantah tuduhan genosida dan menuding Greta menyebarkan fitnah antisemit.
Greta sudah menunjukkan solidaritas terhadap rakyat Palestina sejak tahun-tahun sebelumnya, terutama setelah meningkatnya kekerasan di Gaza pada 2023 dan 2024. Ia beberapa kali mengunggah pernyataan di media sosial, menuntut penghentian pemboman dan menyerukan gencatan senjata.
Dalam beberapa aksi protes iklim di Eropa, Greta membawa poster bertuliskan “Climate Justice Is Incomplete Without Palestinian Liberation.”
Greta juga pernah menyebut penderitaan Palestina dalam orasi saat menghadiri konferensi aktivis muda internasional. Ia menekankan bahwa keadilan iklim harus mencakup keadilan sosial dan politik, termasuk pembebasan rakyat yang tertindas.
Thunberg adalah simbol keberanian generasi muda. Dari menantang para pemimpin dunia soal krisis iklim hingga berdiri bersama Palestina, Greta menunjukkan bahwa aktivisme sejati tidak mengenal batas isu. Baginya, keadilan iklim, keadilan sosial, dan kemanusiaan adalah satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan.
Dengan keberaniannya bergabung dalam kapal bantuan ke Gaza, Greta menegaskan bahwa suara muda bisa mengguncang ketidakadilan di manapun ia terjadi.
Editor: Anton Suhartono