Profil Liz Truss, Perdana Menteri Inggris yang Mundur setelah 45 Hari Menjabat
LONDON, iNews.id - Perdana Menteri Inggris Liz Truss menyatakan mundur dari jabatannya. Dengan hanya 45 hari menjabat, Liz Truss menjadi Perdana Menteri Inggris tersingkat.
Pemegang rekor PM Inggris tersingkat sebelumnya dipegang George Canning yang memerintah selama 119 hari pada tahun 1827.
Liz Truss menggantikan Boris Johnson sebagai PM Inggris pada awal September 2022. Perempuan yang sebelumnya menjabat Menteri Luar Negeri itu mendapat dukungan dari mayoritas anggota Partai Konservatif, menyusul pengunduran diri Johnson.
Pemilik nama lengkap Mary Elizabeth Truss itu lantas berangkat ke Balmoral, Skotlandia untuk menemui Ratu Elizabeth II. Di tempat itu dia dikukuhkan sebagai PM Inggris pada 6 September 2022.
Truss menjadi pemimpin Konservatif sekaligus PM Inggris keempat dalam 6 tahun terakhir. Pada masa kepemimpinan Ratu Elizabeth II, Truss menjadi Perdana Menteri ke-15 atau perempuan ketiga.
Karier perempuan 47 tahun itu melonjak sejak 2010, saat pertama kali terpilih menjadi anggota parlemen. Empat tahun setelah itu, dia bergabung dengan kabinet pemerintahan PM David Cameron sebagai Menteri Lingkungan Hidup. Dia lalu menjabat Menteri Kehakiman kemudian kepala menteri di Departemen Keuangan di bawah Theresa May. Di masa pemerintahan Johnson, Truss menjabat Menteri Perdagangan Internasional dan Menlu.
Truss lahir pada 26 Juli 1975 di Oxford dari pasangan John Kenneth dan Priscilla Mary Truss. Dia lahir dari ayah berdarah akademisi. Ayahnya seorang profesor emeritus matematika murni Universitas Leeds, sedangkan ibunya adalah seorang perawat, guru, dan tim Kampanye untuk Perlucutan Senjata Nuklir.
Keluarga Truss pindah ke Paisley, Renfrewshire, Skotlandia, saat dia berusia 4 tahun, yakni dari 1979 hingga 1985. Truss kecil bersekolah di West Primary School, kemudian melanjutkan ke Roundhay School. Setelah lulus SMP, dia tinggal di Kanada selama setahun.
Truss memuji pendidikan di Kanada, bahkan membandingkannya dengan pendidikan di Roundhay School. Namun, setelah itu dia pulang kampung dan melanjutkan pendidikan tingginya di Merton College, Oxford, hingga lulus pada 1996. Di kampus dia aktif berorganisasi, yakni di kelompok Demokrat Liberal. Dia adalah Presiden Demokrat Liberal Universitas Oxford dan anggota Komite Eksekutif Nasional Pemuda dan Mahasiswa Demokrat Liberal (LDYS).
Selama aktif di Demokratik Liberal, Truss mendukung legalisasi ganja dan penghapusan sistem monarki, serta berkampanye menentang Undang-Undang Peradilan Pidana dan Ketertiban Umum 1994. Truss bergabung dengan Partai Konservatif pada 1996.
Video saat Truss mengusulkan penghapusan sistem monarki di Inggris bahkan sempat muncul saat masa kampanye PM Inggris. Saat itu dia masih berusia 19 tahun, menyampaikan pidato di konferensi Demokrat Liberal.
"Semua orang di Inggris harus memiliki kesempatan untuk menjadi seseorang," kata Truss saat itu.
"Tapi hanya satu keluarga yang bisa menjadi kepala negara. Kami bertanya kepada mereka (publik), pendapat mereka tentang monarki. Anda tahu jawaban mereka? Mereka bilang hapus saja, sudah cukup,” ucapnya.
Memasuki dunia kerja, Truss sempat mengabdi di perusahaan minyak Shell dari 1996 hingga 2000. Kemudian pada 2000, Truss bekerja untuk Cable & Wireless dan naik menjadi direktur ekonomi sebelum mengundurkan diri pada 2005.
Truss sejatinya seorang penganut ekonomi libertarian. Ini sangat kentara terlihat dari dukungannya terhadap referendum 2016 soal keanggotaan Inggris di Uni Eropa (Brexit). Dia mengampanyekan keuntungan bagi Inggris jika keluar dari Uni Eropa.
Sebagai PM Inggris yang baru saat itu, Truss menghadapi beberapa tantangan besar, yakni inflasi yang merajalela, lonjakan biaya energi, memburuknya layanan publik, aksi industri yang masih berlangsung, serta rencana kemerdekaan Skotlandia. Di luar negeri, dia menghadapi perang Ukraina dan permasalahan seputar ketidakharmonisan Inggris dengan Uni Eropa.
Delapan kandidat berpartisipasi dalam pemilu tahap pertama untuk menggantikan Johnson. Setelah pemungutan suara di antara anggota parlemen Konservatif, Rishi Sunak mendapat suara terbanyak dengan 137 atau 38,3 persen. Truss berada di urutan kedua dengan memperoleh 113 suara (31,6 persen), dan Penny Mordaunt, Menteri Perdagangan mendapat 105 suara (29,3 persen) yang membuatnya otomatis tereliminasi.
Putaran selanjutnya pada pemungutan suara anggota partai, Truss mengalahkan Sunak dengan 57 persen melawan 43 persen.
Editor: Reza Fajri