Profil Ramzan Kadyrov, Pemimpin Chechnya yang Kirim 12.000 Pasukan ke Ukraina untuk Bantu Rusia
JAKARTA, iNews.id - Nama Ramzan Kadyrov, pemimpin Chechnya, menjadi sorotan setelah memerintahkan pengiriman 12.000 pasukan ke Ukraina untuk membantu Rusia. Kadyrov, seorang sekutu dekat Vladimir Putin, menjabat presiden Chechnya sejak 2007.
Pemilik nama lengkap Ramzan Akhmadovich Kadyrov itu mengatakan dalam video yang diunggah di media sosial pada Sabtu (26/2/2022), para pejuang Chechnya telah dikirim ke Ukraina dan belum ada yang menjadi korban.
“Sampai hari ini, menit ini, tidak ada satu korban jiwa pun atau terluka. Tidak seorang pun yang mengalami flu. Presiden (Putin) mengambil keputusan yang tepat dan kami akan melaksanakan perintahnya dalam kondisi apa pun,” kata Kadyrov, menepis pernyataan dari beberapa sumber Ukraina bahwa ada pasukannya yang tewas.
Kadyrov kerap menyebut dirinya sebagai kaki tangan Putin dan perkataannya seolah penyambung lidah pemimpin Rusia itu.
Tidak heran, ini bukan kali pertama Kadyrov mengerahkan pasukan ke luar negeri untuk membantu pasukan Putin. Dia juga mengirim pasukan untuk mendukung operasi militer Rusia ke Suriah dan Georgia.
Kadyrov merilis video saat pasukan Rusia menggempur kota-kota Ukraina dengan artileri dan rudal jelajah pada Sabtu. Video pendek yang ditayangkan stasiun televisi berita Rusia, RT, menunjukkan ribuan pejuang Chechnya berkumpul di alun-alun utama Ibu Kota Grozny sebagai kesiapan bertempur di Ukraina.
Menurut laporan RT, mereka sedang menunggu perintah dari Putin untuk masuk pada Jumat.
Pria kelahiran 5 Oktober 1976 itu dulunya merupakan pemberontak Chechnya. Ayahnya adalah putra mantan Presiden Chechnya Akhmad Kadyrov yang dibunuh pada Mei 2004.
Pada Februari 2007, Kadyrov menggantikan Alu Alkhanov sebagai Presiden. Saat itu dia berusia 30 tahun, batas umur minimal untuk menjadi presiden di Chechnya. Saat itu Kadyrov sudah mendapat dukungan dari Putin bahkan dianugerahi medali Pahlawan Rusia, gelar kehormatan tertinggi Rusia.
Jalannya menuju kursi kepemimpinan Chechnya dilumuri darah. Awalnya dia merebut kekuasaan militer menggunakan kekerasan dari panglima perang Sulim Yamadayev dan Said-Magomed Kakiev. Setelah itu dia menyingkirkan Alu Alkhanov di pentas politik.
Sebagai Presiden Chechnya, Kadyrov dipuji di dalam negeri karena membawa perdamaian dan stabilitas. Namun di sisi lain, dia mendapat kecaman keras dari pers internasional dan Rusia karena dugaan korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
Kadyrov juga sosok yang sangat menghormati ayahnya, seorang presiden sekaligus tokoh Muslim yang menjadi panutan. Dia mengklaim selalu meniru ayahnya. Pada awal 1990-an, saat Uni Soviet terpecah menjadi beberapa negara, orang-orang Chechen melancarkan upaya untuk kemerdekaan.
Keluarga Kadyrov bergabung dalam perjuangan melawan pasukan federal. Saat itu dia selalu mendampingi sang ayah dengan mengendarai mobilnya. Namun setelah itu keluarga Kadyrov membelot dan mendukung Rusia saat awal Perang Chechnya Kedua pada 1999.
Sejak itu, Kadyrov memimpin milisi dengan bantuan dari dinas intelijen Rusia FSB untuk melawan pemerintah. Sebelum menjadi presiden, dia juga pernah menjabat kepala Dinas Keamanan Kepresidenan Chechnya.
Kadyrov sempat diisukan tewas ditembak pengawalnya pada 28 April 2004. Sebulan kemudian atau 9 Mei 2004, Kadyrov diangkat menjadi wakil perdana menteri Republik Chechnya. Setahun menjabat, dia mengklaim Chechnya sebagai tempat paling damai di Rusia. Dia juga mengatakan perang sudah berakhir dengan hanya sekitar 150 pemberontak yang tersisa.
Setelah kecelakaan mobil yang melukai Perdana Menteri Sergey Abramov pada Desember 2005, Kadyrov menjabat perdana menteri sementara. Kebijakannya yang populer saat itu melarang perjudian dan produksi minuman beralkohol.
Pada 1 Maret 2006, Sergey Abramov mengundurkan diri sebagai perdana menteri dan digantikan Kadyrov. Tak butuh lama baginya menduduki jabatan presiden.
Pada 15 Februari 2007, Putin menandatangani dekrit yang menghapus jabatan Alkhanov dan mengangkat Kadyrov sebagai presiden Chechnya. Pada 2 Maret 2007, parlemen Chechnya menyetujui pencalonan tersebut.
Editor: Anton Suhartono