Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kisah Sukses Tope Awotona, Salah Satu Imigran Terkaya yang Pernah Jadi Salesman
Advertisement . Scroll to see content

Profil Salwan Momika, Aktivis Anti-Islam Pembakar Alquran yang Ditembak Mati di Swedia

Jumat, 31 Januari 2025 - 10:38:00 WIB
Profil Salwan Momika, Aktivis Anti-Islam Pembakar Alquran yang Ditembak Mati di Swedia
Salwan Momika, aktivis anti-Islam yang melakukan aksi bakar Alquran, ditembak mati di Swedia (Foto: AP)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Profil Salwan Momika, aktivis anti-Islam yang kerap melakukan aksi membakar Alquran, di Swedia, menarik diketahui. Momika ditembak di apartemen Kota Sodertalje, dekat Ibu Kota Stockholm, pada Rabu (29/1/2025) malam dan dinyatakan meninggal pada Kamis pagi setelah menjalani perawatan di rumah sakit.

Pria 38 tahun itu melakukan serangkaian aksi membakar Alquran di depan umum pada 2023 dan 2024, termasuk di Denmark.

Aksinya itu mendapat perhatian global, memicu kemarahan dari negara-negara Muslim. Bahkan beberapa pemimpin negara lain, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin, mengecam aksi Momika dengan menyebutnya sebagai penistaan terhadap kitab suci, ketimbang kebebasan berekspresi.

Bukan hanya Momika, kemarahan umat Islam ditujukan kepada Swedia yang dianggap melindungi imigran Irak itu.

Profil Salwan Momika

Salwan Momika merupakan imigran asal Irak yang pindah ke Eropa setelah negara asal tak menerimanya lagi. Sejak lama, penganut Kristen Katolik Asiria itu memiliki pandangan yang anti-Islam sehingga kerap berseberangan dengan penduduk Irak.

Momika lahir di Distrik Al Hamdaniya, Qaraqosh, Provinsi Nineveh, Irak. Selama perang saudara yang berlangsung 2006 hingga 2008, dia bergabung dengan Partai Patriotik Asiria dan sempat menjadi penjaga keamanan di markas besarnya di Mosul.

Pada Juni 2014, setelah Mosul direbut oleh ISIS, Momika menjadi bagian dari Pasukan Mobilisasi Populer (PMF) untuk menentang ISIS. 

Dia terlihat dalam video mengenakan pakaian militer memegang senjata api dan bersumpah setia kepada Brigade Imam Ali, sayap militer Gerakan Islam Irak.

Momika melarikan diri ke Jerman pada 2017 dengan visa Schengen. Di sana dia secara terbuka meninggalkan agama Kristen dan menyatakan sebagai ateis. 

Momika kemudian mengajukan suaka di Swedia pada April 2018 dan terdaftar sebagai pengungsi Irak.

Kemudian, pada April 2021, dia mendapat izin tinggal sementara selama 3 tahun yang berlaku hingga April 2024. Namun, permohona untuk mendapatkan tempat tinggal tetap, yang diperlukan untuk kewarganegaraan Swedia, ditolak.

Alasannya ada perbedaan dalam permohonan suaka, termasuk pengakuan palsunya mengenai keterlibatannya dengan Brigade Imam Ali yang terlarang di Swedia.

Saat berada di Swedia, dia dekat dengan anggota parlemen Partai Demokrat Kristen Robert Halef dan bertemu dengan Julia Kronlid dari Partai Demokrat Swedia. 

Momika kemudian menyatakan minatnya untuk mencalonkan diri sebagai kandidat untuk Partai Demokrat Swedia.

Dia kemudian diusir dari Swedia untuk mengajukan suaka di Norwegia. Hal itu diungkapkannya kepada media setelah Swedia menolak memperpanjang izin tinggalnya.

“Saya sedang dalam perjalanan ke Norwegia. Swedia hanya memberikan suaka dan perlindungan untuk teroris, sementara para filsuf dan pemikir diusir,” katanya pada Maret 2024.

Badan Migrasi Swedia mencabut izin tinggal Momika pada Oktober 2023. Alasannya Momika memuat informasi palsu dalam permohonannya. Namun dia masih diberi izin tinggal sementara dan menghadapi ancaman deportasi ke Irak.

Momika menerima keputusan otoritas imigrasi yang menolak perpanjangan izin tinggal sementara yang akan berakhir pada 16 April 2024.

Badan Migrasi Swedia juga melarang Momika kembali selama 5 tahun. Selama itu, otoritas Swedia memblokir rekening bank serta menyita rumahnya. Namun Norwegia juga menolak suaka politik dan mengusirnya kembali ke Swedia pada awal April 2024.

Momika Dikabarkan Tewas di Penjara Norwegia

Begitu tiba di Norwegia, dia langsung ditangkap polisi atas tuduhan pelanggaran imigrasi dan mendekam di penjara selama 2 pekan. 

Selama berada di penjara, rumor menyebar terutama di media sosial, yang menyebutkan dia tewas. 

Radio Genoa, mengutip posting-an di media sosial, melaporkan Momika ditemukan tewas. Namun radio itu buru-buru meluruskan bahwa informasi tersebut masih perlu dikonfirmasi lagi.

“Pihak yang mengumumkan tewasnya Momika yang telah mendapatkan lebih dari 1 juta impresi menghapus cuitan tersebut. Kami masih menunggu konfirmasi lebih lanjut,” demikian pernyataan Radio Genoa.

Saat itu Momika tak bisa membantah kabar itu karena tak ada akses komunikasi yang bisa dilakukan.

Polisi Norwegia membebaskannya setelah menjalani pemeriksaan singkat. Dia mengatakan, meski telah berjanji kepada otoritas Norwegia tidak akan membakar Alquran, kehadirannya tetap tidak diterima.

Sidang Penistaan Alquran

Momika dibunuh saat menunggu sidang vonis atas tuduhan menghasut terkait aksinya membakar Alquran pada 2024.

Pengadilan Distrik Stockholm sedianya menggelar sidang vonis terhadap Momika dan seorang lainnya, Salwan Najem, pada Kamis (30/1/2025). Namun karena terdakwa tewas, sidang diundur menjadi 3 Februari. 

Sidang itu akan memutus, apakah Momika dan Najem bersalah atas penghasutan terhadap kelompok etnis atau bangsa tertentu.

Menurut dakwaan yang dikeluarkan pada Agustus, keduanya melakukan penistaan Alquran, termasuk membakarnya sambil melontarkan komentar-komentar yang merendahkan umat Islam, di luar sebuah masjid di Stockholm.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut