Profil Srettha Thavisin, Konglomerat yang Kini Jadi Perdana Menteri Thailand
JAKARTA, iNews.id – Srettha Thavisin menjadi perdana menteri (PM) Thailand yang baru usai memenangkan dukungan parlemen di negara tersebut pada Selasa (22/8/2023). Dengan terpilihnya Srettha, Thailand akhirnya menyudahi tiga bulan masa kebuntuan politiknya.
Srettha adalah kandidat tunggal yang diusung oleh Partai Pheu Thai dan memperoleh lebih dari 400 suara di parlemen Thailand. Dilansir dari CNN, Srettha berjanji akan meningkatkan taraf hidup seluruh masyarakat Thailand.
Usai terpilih, dia merasa mendapat kehormatan dan menyampaikan rasa terima kasihnya kepada masyarakat Thailand. Di depan masyarakat dan awak media, Srettha berkomitmen untuk melakukan yang terbaik bagi negaranya.
Srettha Thavisin adalah politikus dan konglomerat terkenal Thailand yang lahir di Bangkok, 15 Februari 1969. AP News menyebutkan, Srettha pernah menjabat sebagai CEO Sansiri, sebuah perusahaan milik keluarganya. Dia mengundurkan diri dari perusahaan itu pada awal 2023.
Sansiri tercatat sebagai salah satu perusahaan pengembang properti terbesar di Thailand dengan aset mencapai 2,9 miliar dolar AS. Srettha menguasai saham dengan nilai 235 juta dolar AS dan dialihkan langsung kepada dua anaknya. Pada 2022, Srettha berhasil membawa Sansiri meraih keuntungan tertinggi sepanjang sejarah raksasa properti itu, yakni mencapai 117 juta dolar AS.
Dikenal sebagai sosok yang sangat menggemari sepak bola, Srettha meraih gelar sarjananya di Universitas Chulalongkorn, Bangkok. Untuk gelar magister, Srettha mendapatkannya dari Claremont Graduate School Amerika Serikat dengan fokus studi administrasi bisnis.
Srettha muda mengawali karier dengan menjadi asisten manajer di perusahaan multinasional Protect & Gamble (P&G) di Thailand. Pada 1988, dia ikut mendirikan dan mengembangkan Sansiri.
Memiliki latar belakang pebisnis, keputusannya terjun ke dunia politik ternyata tak sia-sia. Srettha memenangkan hati banyak anggota komunitas bisnis. Hal tersebut dibuktikan dari hasil survei yang dilakukan oleh surat kabar Krungthep Turakij, yang menyatakan bahwa 66 persen CEO bisnis di Thailand menjadikan Srettha sebagai pilihan utama.
Selama masa kampanye, Srettha berjanji akan memberikan keadilan sosial, memaksimalkan stimulus ekonomi, dan memberikan bentuk pemerintahan yang baik kepada warganya. Dalam 100 hari pertama masa kepemimpinannya, Srettha fokus untuk menggenjot taraf hidup masyarakat, menangani tingginya biaya hidup, mengakhiri wajib militer, dan memastikan adanya kesetaraan pernikahan bagi pasangan sesama jenis.
Srettha juga menawarkan bantuan sebesar 10.000 baht atau 295 dolar AS bagi pemuda yang berusia 16 tahun ke atas. Bantuan tersebut akan disalurkan melalui dompet digital dan bisa digunakan untuk pengembangan komunitas.
Editor: Ahmad Islamy Jamil