Protes Serangan ke Gaza, Perusahaan Pakaian India Setop Produksi Pakaian untuk Polisi Israel
NEW DELHI, iNews.id - Sebuah produsen pakaian India yang memasok puluhan ribu seragam setiap tahunnya kepada polisi Israel menghentikan pesanan. Perusahaan itu bersikap untuk bersimpati kepada korban warga sipil di Gaza.
Melansir dari Arab News, Minggu (22/10/2023), perusahaan itu bernama Maryan Apparel Private Limited di distrik Kannur di negara bagian Kerala. Perusahaan itu sudah memasok pakaian untuk petugas polisi Israel sejak tahun 2015. Namun minggu ini, mereka memutuskan untuk memutuskan hubungan dengan pelanggan tersebut.
“Membunuh rakyat jelata yang tidak bersalah adalah alasannya,” ujar Dirut Maryan Apparel Thomas Olickal.
Perusahaan mengumumkan keputusan tersebut setelah Rumah Sakit Al-Ahli Al-Arabi di Gaza tengah dibom, menewaskan ratusan orang, kebanyakan wanita, anak-anak dan orang tua. Banyak negara di dunia yang menyalahkan Israel atas pemboman tersebut, meskipun mereka membantah bertanggung jawab. Di antara para korban adalah pasien dan orang-orang yang berlindung di halaman dari serangan udara Israel setiap hari.
“Serangan terhadap rumah sakit dan pembunuhan 500 orang tak bersalah benar-benar meresahkan kami,” kata Olickal.
Hampir 4.400 warga Palestina diyakini telah terbunuh sejak 7 Oktober, ketika Tel Aviv memulai pengeboman terhadap daerah kantong padat penduduk tersebut menyusul serangan terhadap Israel oleh kelompok militan Hamas yang berbasis di Gaza.
Israel juga telah memutus pasokan listrik, air, makanan, bahan bakar dan obat-obatan ke Gaza, sehingga mengintensifkan blokade terhadap wilayah kantong yang berpenduduk 2,3 juta orang itu.
Maryan Apparel, yang mempekerjakan 1.500 orang, mengkhususkan diri pada kain tahan api untuk pekerja di kilang minyak, scrub untuk dokter dan perawat, dan pakaian untuk pasukan keamanan.
Pelanggannya antara lain adalah petugas pemadam kebakaran dan rumah sakit di Arab Saudi, penegak hukum di Qatar, dan perusahaan keamanan di AS dan Inggris.
Mereka telah memasok sekitar 100.000 seragam kepada warga Israel setiap tahunnya dan menolak pesanan lebih lanjut kemungkinan besar akan berdampak buruk terhadap operasi mereka, namun Olickal tetap pada keputusannya, dan mengatakan bahwa para pekerjanya, yang 90 persen di antaranya adalah perempuan, memiliki pandangan yang sama.
Editor: Muhammad Fida Ul Haq