Puluhan Tentara Israel Membangkang Tolak Perang di Gaza, Militer Zionis Pecah?
TEL AVIV, iNews.id – Krisis internal mengguncang militer Israel. Sebanyak 41 tentara dari unit elite intelijen dan perang siber secara terbuka menolak perintah untuk terlibat dalam operasi militer di Jalur Gaza. Mereka menyatakan pengunduran diri dan menyebut serangan lanjutan ke Gaza sebagai misi politik, bukan demi keamanan nasional.
Dalam surat terbuka yang ditujukan langsung kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Menteri Pertahanan Yoav Gallant, dan Kepala Staf IDF Eyal Zamir, para tentara menyebut operasi militer saat ini hanya bertujuan mempertahankan kelangsungan pemerintahan Netanyahu.
“Perang ini bukan tentang menyelamatkan sandera atau melindungi warga Israel. Ini tentang menyelamatkan karier politik Netanyahu,” tulis mereka dalam surat berjudul "Tentara untuk Para Sandera".
Pernyataan ini memicu pertanyaan serius tentang stabilitas dan kesatuan dalam tubuh Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Langkah para tentara tersebut tergolong langka, bahkan nyaris tak pernah terjadi di negara yang mewajibkan dinas militer bagi warganya.
Penolakan ini datang setelah perintah dari Kepala Staf IDF Zamir untuk memperluas serangan darat ke Gaza Utara dan Selatan. Pemerintah berdalih perluasan serangan ditujukan untuk memulangkan sandera dan mengalahkan Hamas. Namun, menurut para pembangkang, tindakan itu hanya memperpanjang konflik tanpa arah yang jelas.
Perlawanan internal ini juga menunjukkan tanda-tanda kelelahan dan krisis moral di kalangan militer Israel, terutama setelah delapan bulan operasi yang dinilai gagal mencapai target: menghancurkan Hamas dan membebaskan para sandera. Saat ini, Israel memperkirakan 56 sandera masih berada di Gaza, dengan 20 orang diyakini masih hidup.
Hamas sebelumnya menyatakan siap membebaskan para sandera jika Israel menghentikan perang secara permanen dan menarik pasukan dari Gaza. Namun tawaran tersebut ditolak oleh Netanyahu, memperkuat kecurigaan bahwa kelanjutan perang lebih bersifat politis ketimbang strategis.
Dengan puluhan tentara kini menolak bertugas, publik Israel dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah kekuatan militer negara benar-benar masih bersatu, atau mulai retak dari dalam?
Editor: Anton Suhartono