Puluhan Tentara Wagner Rusia Dilaporkan Tewas Diserang Teroris dan Pemberontak di Mali
ABUJA, iNews.id - Puluhan tentara bayaran Wagner asal Rusia dilaporkan tewas di tangan para teroris dan pemberontak di Mali Utara, akhir pekan lalu. Sementara itu, sedikitnya dua prajurit lainnya dari kelompok paramiliter itu ditawan.
The Associates Press (AP) melansir, sekitar 50 pejuang Wagner yang sedang berkonvoi tewas saat disergap oleh para anggota al-Qaeda di sepanjang perbatasan Mali dengan Aljazair. Peneliti senior di Soufan Center, sebuah lembaga pemikir keamanan, Wassim Nasr, mengatakan bahwa dia telah menghitung mayat-mayat dalam sebuah video pascakejadian tersebut. Menurut dia, para tentara bayaran itu sebagian besar bertempur melawan pemberontak Tuareg bersama tentara Mali ketika konvoi mereka dipaksa mundur ke wilayah teroris dan disergap di selatan kawasan Tinzaouaten.
Pada Senin (29/7/2024) kemarin, Wagner Group mengonfirmasi dalam sebuah pernyataan Telegram bahwa beberapa anggotanya bersama pasukan Mali tewas dalam pertempuran melawan ratusan militan. Kelompok tentara bayaran Rusia itu tidak mengatakan berapa banyak pejuangnya yang tewas. Sementara Militer Mali mengatakan telah kehilangan dua tentaranya, namun berhasil membunuh 20 pemberontak.
Dalam sebuah pernyataan pada akhir pekan lalu, al-Qaeda menegaskan bahwa 50 tentara Wagner tewas dalam penyergapan itu. Sementara kelompok pemberontak Tuareg mengatakan beberapa tentara bayaran dan tentara Mali yang tidak disebutkan jumlahnya telah menyerah kepada mereka.
"(Informasi) ini sangat penting. Ini belum pernah terjadi sebelumnya di tanah Afrika dan ini akan mengubah dinamika," kata Nasr.
"Mereka (Wagner) tidak akan mengirimkan ekspedisi liar seperti ini lagi di dekat perbatasan dengan Aljazair. Mereka selalu membanggakan tentang seberapa baik kinerja mereka dan seberapa kuat mereka, tetapi mereka tidak memiliki tenaga untuk melakukan ini dalam waktu lama atau untuk mempertahankan wilayah guna mengamankan penempatan," ujarnya.
Moskow telah memanfaatkan hubungan yang memburuk antara Barat dan negara-negara yang terkena dampak kudeta di Afrika Barat untuk mengirim pejuang Rusia dan menegaskan pengaruhnya. Wagner sendiri telah aktif di kawasan Sahel—hamparan luas di selatan Gurun Sahara—karena para tentara bayaran tersebut memperoleh keuntungan dari kekayaan mineral yang disita sebagai imbalan atas layanan keamanan mereka.
Kelompok paramiliter itu telah hadir di Mali sejak akhir 2021 pascakudeta militer. Mereka menggantikan pasukan Prancis dan pasukan penjaga perdamaian internasional dalam membantu Mali memerangi para militan yang telah mengancam masyarakat di wilayah tengah dan utara negara itu selama lebih dari satu dekade. Wagner diperkirakan memiliki 1.000 pejuang di Mali.
Analis independen John Lechner mengatakan, sejak membantu pasukan Mali untuk mendapatkan kembali kendali atas kota utama di utara Kidal, tentara bayaran itu menjadi terlalu percaya diri dan lengah. Menurut dia, kegagalan seperti insiden penyergapan akhir pekan adalah alasan mengapa Rusia mempertahankan kehadiran Wagner di Mali. Jika mereka kalah, Moskow tak harus kehilangan muka, karena yang terlibat di sana bukanlah pasukan militer resmi Rusia.
"Kekalahan atau kemunduran besar akan dikaitkan dengan perusahaan militer swasta itu," katanya.
Editor: Ahmad Islamy Jamil