Putar Lagu yang Hina Orang China Penyebab Wabah Virus Korona, DJ Belanda Minta Maaf
DEN HAAG, iNews.id - Seorang Disk Jockey (DJ) asal Belanda meminta maaf kepada komunitas China di negaranya karena memainkan lagu yang menyalahkan warga Tiongkok terkait wabah virus korona. Lagu itu diperdengarkan di acara radionya, dan memicu kemarahan hingga melahirkan petisi.
Lex Gaarthuis pekan lalu menyiarkan lagu satir berjudul "Pencegahan lebih baik daripada China" -menggunakan permainan pada kata "China" dan "obat", yang terdengar mirip dalam bahasa Belanda. Seharusnya lagu itu dinyanyikan "Pencegahan lebih baik daripada obat."
Lagu itu dia mainkan di stasiun Radio 10. Sang DJ juga berbicara tentang "bau-China" dan mengatakan, "Jika Anda tidak makan makanan China, Anda tidak perlu khawatir, karena pencegahan lebih baik daripada China," demikian disiarkan NOS.
Lagu dan perkataannya itu disambut oleh gelombang kritik.
Sebuah petisi nasional menentang lagu itu ditandatangani lebih dari 51.000 kali. Lagu itu dianggap diskriminatif dan kelewatan.
"Mengapa ada orang-orang seperti Radio 10 yang berani menghubungkan virus serius dengan orang-orang asal China dan mereka yang makan makanan China?" tanya penggagas petisi, seperti dilaporkan AFP.
"Anda tidak bercanda tentang penyakit, atau virus. Apakah Anda akan tertawa jika lagunya tentang kanker?" tanya warga lain.
"Cukup sudah. Kami dihadapkan setiap hari dengan apa yang disebut 'lelucon' dan pernyataan yang tidak dapat diterima," kata penyelenggara.
"Lagu itu diskriminatif dan menghasut kebencian sekitar 57 organisasi Tiongkok-Belanda," demikian menurut NOS.
Gaarthuis, yang awalnya meminta maaf pada Sabtu lalu, mengakui bahwa dia membuat kesalahan besar pada program acaranya.
"Saya sungguh-sungguh menyadari bahwa saya telah menyinggung orang-orang di komunitas China, betapa menyakitkan komentar saya dan bahwa mereka mungkin melihatnya sebagai diskriminatif," kata DJ itu.
Korban jiwa dari virus korona telah mencapai lebih dari 1.000 orang di China, dengan lebih dari 42.600 orang terinfeksi.
Editor: Nathania Riris Michico