Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Rusia: Pernyataan Trump soal Uji Coba Nuklir AS Sangat Jelas, Tak Ambigu
Advertisement . Scroll to see content

Putin Ingin Berunding Langsung dengan Ukraina, Tanpa Syarat

Minggu, 11 Mei 2025 - 14:37:00 WIB
Putin Ingin Berunding Langsung dengan Ukraina, Tanpa Syarat
Presiden Rusia Vladimir Putin mengusulkan perundingan langsung Ukraina tanpa prasyarat di Istanbul, Turki, Kamis (15/5/2025). (Foto: AP)
Advertisement . Scroll to see content

MOSKOW, iNews.id - Presiden Rusia Vladimir Putin mengusulkan perundingan tanpa prasyarat langsung dengan Ukraina di Istanbul, Turki, Kamis, 15 Mei 2025 mendatang. Dia ingin pertemuan tersebut mewujudkan perdamaian dan menghilangkan akar penyebab perang.

Putin menuturkan, pihaknya mengusulkan perundingan langsung dengan Ukraina untuk mencapai pemulihan perdamaian jangka panjang dan abadi dibanding sekadar jeda untuk gencatan senjata.

"Kami mengusulkan agar Kyiv melanjutkan perundingan langsung tanpa prasyarat apa pun. Kami menawarkan kepada otoritas Kyiv untuk melanjutkan perundingan pada hari Kamis, di Istanbul," ujar Putin dalam keterangannya dilansir dari Reuters, Minggu (11/5/2025). 

Meskipun mendapatkan tekanan publik dan pribadi dari Presiden AS Donald Trump dan peringatan berulang kali dari kekuatan Eropa, Putin menawarkan sedikit konsesi untuk mengakhiri konflik.

Putin mengatakan, dirinya akan berbicara dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari ini terkait memfasilitasi pembicaraan perdamaian, yang menurutnya dapat mengarah pada gencatan senjata.

"Usulan kami, seperti yang mereka katakan, sudah ada di atas meja, keputusan sekarang ada di tangan otoritas Ukraina dan kurator mereka, yang tampaknya dipandu oleh ambisi politik pribadi mereka, dan bukan oleh kepentingan rakyat mereka," ucapnya.

Putin menuturkan, Rusia telah mengusulkan beberapa gencatan senjata, termasuk moratorium pemogokan fasilitas energi, gencatan senjata Paskah dan yang terbaru gencatan senjata 72 jam selama perayaan yang menandai 80 tahun sejak kemenangan dalam Perang Dunia Kedua. Namun, Moskow menuduh Ukraina berulang kali melanggar gencatan senjata.

Dia mengatakan, selama gencatan senjata bulan Mei, Ukraina telah menyerang Rusia dengan 524 pesawat tanpa awak udara, 45 pesawat tanpa awak laut, sejumlah rudal Barat. Rusia mengklaim telah menangkis lima serangan di wilayahnya.

Sementara itu, Ukraina juga menuduh Rusia berulang kali melanggar gencatan senjatanya sendiri. Bersama dengan negara-negara besar Eropa, Kyiv menuntut agar Putin menyetujui gencatan senjata tanpa syarat selama 30 hari atau menghadapi sanksi baru yang besar-besaran.

Putin teguh pada persyaratannya untuk mengakhiri perang. Pada bulan Juni 2024, dia mengatakan bahwa Ukraina harus secara resmi menghentikan ambisi bergabung dengan NATO dan menarik pasukannya dari seluruh wilayah empat wilayah Ukraina yang diklaim oleh Rusia.

Pejabat Rusia juga telah mengusulkan agar Amerika Serikat (AS) mengakui kendali Rusia atas sekitar seperlima wilayah Ukraina dan menuntut agar Ukraina tetap netral, meskipun Moskow telah mengatakan tidak menentang ambisi Kyiv untuk bergabung dengan Uni Eropa.

Putin secara khusus menyebutkan rancangan kesepakatan 2022 yang dinegosiasikan Rusia dan Ukraina tak lama setelah invasi Rusia pada Februari 2022.

Berdasarkan rancangan tersebut, Ukraina harus menyetujui netralitas permanen sebagai imbalan atas jaminan keamanan internasional dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB: Inggris, China, Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat.

"Bukan Rusia yang memutuskan negosiasi pada 2022, melainkan Kyiv. Rusia siap bernegosiasi tanpa prasyarat apa pun," kata Putin.

Dia pun menyampaikan terima kasih kepada China, Brasil, negara-negara Afrika dan Timur Tengah, serta AS atas upaya mereka untuk menengahi konflik Rusia-Ukraina.

Presiden AS Donald Trump, yang mengatakan ingin dikenang sebagai pembawa damai, telah berulang kali mengatakan ingin mengakhiri perang Ukraina. Pemerintahannya menganggap pertempuran itu sebagai perang proksi antara AS dan Rusia.

Editor: Aditya Pratama

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut