MOSKOW, iNews.id - Presiden Rusia Vladimir Putin ingin menyelesaikan konflik dengan Ukraina melalui perundingan. Hal itu dia sampaikan dalam sebuah wawancara dengan jurnalis kondang AS ,Tucker Carlson, baru-baru ini.
"Benar," kata Putin dalam wawancara yang dirilis Kamis, ketika ditanya apakah dia menginginkan penyelesaian melalui perundingan atas apa yang terjadi di Ukraina.
4 Fakta tentang Suthida, Ratu Cantik Thailand yang Mencuri Perhatian di SEA Games Ke-33
Presiden Rusia itu mengatakan sebuah dokumen besar telah dirancang untuk negosiasi tersebut. Bahkan, sudah ada dokumen besar di Istanbul, Turki, yang diparaf oleh ketua delegasi Ukraina pada awal konflik 2022 lalu.
"Dia (delegasi Ukraina itu) telah membubuhkan tanda tangannya pada beberapa ketentuan, (memang) tidak pada semuanya," ujar Putin.
Putin Akan Kunjungi Turki Bertemu Erdogan, Bahas Perang Ukraina
Akan tetapi, Perdana Menteri Inggris ketika itu, Boris Johnson, tiba-tiba ikut mengintervensi dan membujuk Ukraina agar tidak menandatangani dokumen itu. Akibatnya, perjanjian damai itu pun urung diteken.
Menurut Putin, jika saja delegasi Ukraina membubuhkan tanda tangannya, tentu perang sudah lama berakhir, yakni 18 bulan yang lalu. Sayangnya, Ukraina malah melewatkan kesempatan itu.
Media Barat Sebut Putin Curhat ke AS Ingin Sudahi Perang di Ukraina, Ini Kata Rusia
'"Nah, Anda melewatkannya. Anda membuat kesalahan. Biarkan mereka kembali ke sana (meja perundingan). Itu saja. Mengapa kita harus menyusahkan diri sendiri dan memperbaiki kesalahan orang lain?" kata Putin.
Putin pun menyayangkan banyak pihak yang kemudian menyalahkan Rusia dalam konflik ini. Mereka menuduh Moskow-lah yang memperburuk situasi dan menganggap perang ini seakan-akan baru dimulai pada 2014 di Donbas.
Padahal, sejarahnya tida sesederhana itu. Putin menegaskan, semua yang terjadi antara Rusia dan Ukraina hari ini tidak terlepas dari ambisi NATO yang terus memperluas pengaruhnya dan berusaha membuat Rusia makin terdesak.
"Mari kita kembali ke tahun 1991, ketika kita dijanjikan bahwa NATO tidak akan melakukan ekspansi hingga 2008, ketika pintu bagi NATO dibuka untuk Deklarasi Kedaulatan Negara Ukraina, mendeklarasikan Ukraina sebagai negara netral,” katanya.
Putin mengatakan, pangkalan militer NATO dan AS mulai bermunculan di wilayah Ukraina. Hal itu makin menimbulkan ancaman bagi Rusia. Ditambah lagi dengan kudeta di Ukraina yang disokong oleh Barat pada 2014, makin membuat runyam hubungan Kiev dan Moskow.
"Mari kita kembali ke kudeta di Ukraina pada tahun 2014. Tapi itu tidak ada gunanya, bukan? bukan? Kita mungkin bolak-balik tanpa henti, tapi mereka menghentikan negosiasi. Apakah itu kesalahan? Ya. Perbaiki. Kami siap. Apa lagi yang dibutuhkan?" dia berkata.
Putin berbicara dalam bahasa Rusia selama wawancara dan kutipan tersebut merupakan terjemahan resmi oleh tim Carlson dalam Bahasa Inggris.
Editor: Ahmad Islamy Jamil
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku