Raja Baru Thailand, Maha Vajiralongkorn di Mata Minoritas Muslim
BANGKOK, iNews.id - Raja Maha Vajiralongkorn selama ini sudah memberikan perhatian khusus kepada masyarakat minoritas Muslim, khususnya di Thailand selatan, sejak dia masih menjadi putra mahkota.
Kawasan Thailand selatan dengan penduduk Muslim mencakup Provinsi Narathiwat, Pattani, Yala, dan Songkla.
Hal itu dinyatakan seorang akademisi di kawasan itu, Wakil Rektor Universitas Fatoni, Patani, Thailand selatan, Amad Omar Chapakia.
Raja sering menghadiri acara-acara keagamaan umat Islam, seperti musabaqah tilawatil Alquran atau lomba membaca Alquran, serta peresmian sekolah-sekolah Islam.
Bahkan, menurut Chapakia, sekitar tiga pekan lalu raja juga memberikan dukungan kepada peserta lomba membaca Alquran di masjid Patani.
"Beliau sendiri yang datang untuk meresmikan acara. Dan ini tampak beliau memberikan prioritasnya," katanya, kepada BBC, Senin (6/5/2019).
Menurut Chapakia, selain datang langsung ke acara-acara umat Islam di Thailand selatan, raja juga menunjukkan penghormatan dengan cara lain.
"Kalau ada acara berdoa, beliau sendiri turut mengangkat tangan. Biasanya orang-orang Buddha mengambil sikap biasa saja, tidak mengangkat tangan untuk acara orang Islam. Kalau raja ini turut mengangkat tangan," ujarnya.
Penilaian serupa juga disampaikan oleh Onanong Thippimol, dosen Universitas Thammasat di Bangkok. Menurutnya, komunitas Muslim di Thailand selatan memiliki kedekatan dengan raja sekarang, sebab sejak masih menjadi putra mahkota, dia sudah sering melakukan kunjungan ke sana.
"Beliau menunjukkan selalu peduli terhadap masyarakat di sana," jelasnya.
Thailand selatan sejak lama mengalami ketegangan sektarian sehubungan dengan upaya pemberontakan di wilayah mayoritas Muslim di negeri mayoritas Buddha.
Kedekatan raja dianggap sebagai salah satu upaya meredakan ketegangan.
"Mungkin raja menganggap bahwa di Patani itu ada kekerasan sejak lama dan juga ada banyak masyarakat Buddha yang tinggal di sana. Mungkin raja ingin membuat situasi di Thailand selatan lebih damai," ujar Thippimol, menjelaskan.
Namun menurut Onanong, bukan berarti lebih dekatnya raja sekarang dengan masyarakat minoritas di Thailand selatan, maka penyelesaian masalah akan lebih mudah.
"Menurut saya jika Thailand belum mencapai demokrasi yang total, tidak mudah perdamaian akan terjadi di Thailand Selatan," kata Onanong.
Konflik berdarah di Thailand selatan sejak awal 2000-an diperkirakan menewaskan sekitar 6.500 orang -baik di kalangan aparat keamanan Thailand maupun warga sipil.
Editor: Nathania Riris Michico