Reaksi Dunia atas 'Kudeta' di Venezuela, AS dan Sekutu Mendukung
WASHINGTON, iNews.id - Langkah tokoh oposisi yang juga pemimpian parlemen Venezuela Juan Guaido yang menproklamirkan diri sebagai presiden sementara, menggantikan Nicolas Maduro, didukung oleh Amerika Serikat dan sebagian besar negara Amerika Latin.
Brasil, Kolombia, Cile, Peru, dan Argentina mendukung Guaido yang memproklamirkan diri di tengah puluhan ribu pendukungnya di Karakas pada Rabu (23/1/2019) waktu setempat.
Dukungan untuk Guaido, di dalam maupun luar negeri, mengalir sejak Maduro naik ke tampuk kekuasaan di awal tahun ini. Maduro meraih kekuasaan atas dukungan militer dan mendapat restu dari Rusia.
Beberapa menit setelah Guaido memproklamirkan diri, Presiden AS Donald Trump mengakuinya sebagai pemimpin sementara. Trump juga menegaskan Majelis Nasional yang dipimpin Guaido sebagai satu-satunya bagian dari pemerintah yang sah dipilih oleh rakyat Venezuela.
"Rakyat Venezuela telah berani menentang Maduro dan rezimnya dan menuntut kebebasan dan supremasi hukum," kata Trump, dikutip dari AFP, Kamis (24/1/2019).
Lebih lanjut Trump mengatakan siap menggunakan semua opsi jika Maduro menghancurkan oposisi. Secara tak langsung Trump siap mengerahkan kekuatan militer.
Setelah pernyataan Trump itu, Maduro menanggapi dengan memutuskan hubungan diplomatik dengan AS.
"Keluar! Tinggalkan Venezuela. Kami memiliki martabat di sini," kata Maduro, seraya memberikan waktu 72 jam bagi diplomat AS untuk keluar dari negaranya.
Departemen Luar Negeri AS menimpali bahwa mantan presiden Maduro tidak memiliki wewenang lagi untuk memutuskan hubungan.
Selain AS, dukungan juga datang dari para pemimpin Amerika Latin yang saat ini menghadiri Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.
"Brasil mengakui Juan Guaido sebagai presiden sementara Venezuela," kata Presiden Jair Bolsonaro.
Brasil, lanjut dia, akan mendukung proses transisi politik dan ekonomi sehingga demokrasi dan perdamaian kembali hadir di Venezuela. Sebelumnya dia berulang kali bersumpah untuk menantang Maduro dengan cara apa pun.
Presiden Kolombia Ivan Duque mengatakan negaranya berada di belakang Guaido dan akan mengawal proses transisi di Venezuela menuju demokrasi. Dengan demikian, kata dia, rakyat Venezuela bisa membebaskan diri dari kediktatoran.
Sebelas dari 14 anggota Grup Lima, yakni Argentina, Brasil, Kanada, Cile, Kolombia, Kosta Rika, Guatemala, Honduras, Panama, Paraguay, dan Peru, kemudian mengeluarkan pernyataan bersama yang mengakui Guaido sebagai presiden sementara. Sementara tiga negara lain yakni Meksiko, Guyana dan, Santa Lusia, memilih tak mau mengintervensi urusan dalam negeri Venezuela.
Menteri Luar Negeri Kanada Chrystia Freeland juga menyatakan dukungan penuh untuk Guaido.
"Ini merupakan hari yang penting bagi Venezuela dan saya berterima kasih atas solidaritas Grup Lima dalam berbicara tentang hal ini," kata Freeland.
Uni Eropa tidak bergabung dengan negara-negara yang berbaris di belakang Guaido namun menyerukan digelarnya pemilihan umum yang bebas dan kredibel di Venezuela.
"Saya berharap semua negara Eropa bersatu dalam mendukung kekuatan demokrasi di Venezuela," kata Presiden Dewan Uni Eropa, Donald Tusk, dalam cuitannya.
Negara yang sejauh ini menentang pengambilalihan kekuasan di Venzuela adalah Kuba. Pemerintahan Presiden Miguel Diaz-Canel menegaskan dukungannya terhadap pemerintahan Nicolas Maduro. Kuba mengecam tindakan Guaido dan menyebutnya sebagai imperialis.
"Dukungan dan solidaritas kami untuk Presiden Nicolas Maduro setelah imprealis mencoba mendeskriditkan dan mengacaukan Revolusi Bolivarian," kata Diaz-Canel, dalam cuitan.
Sementara Menteri Luar Negeri Kuba Bruno Rodriguez menyebut langkah Guaido ini sebagai upaya kudeta.
Editor: Anton Suhartono