BEIJING, iNews.id - Seorang bocah difabel, Yan Cheng, meninggal ketika sang ayah harus menjalani karantina virus di China. Kematiannya menyebabkan pejabat setempat dipecat.
Yan Cheng mengidap cerebral palsy dan harus menggunakan kursi roda. Remaja berusia 17 tahun itu, yang tidak dapat berbicara, berjalan atau makan sendiri, ditinggal di rumah ketika ayahnya diisolasi karena demam.
Netanyahu Serbu Kompleks Masjid Al-Aqsa untuk Rayakan Hari Raya Hanukkah Yahudi
Ayahnya, Yan Xiaowen, dibawa untuk karantina pada 22 Januari, dan didiagnosis positif virus korona lima hari kemudian.
Xiaowen sempat memposting permohonan putus asa di media sosial, meminta seseorang merawat putranya. Tetapi postingan permohonan bantuan itu terlambat.
Jumlah Korban Virus Korona Melonjak, China Sulap Gedung-Gedung Jadi Rumah Sakit
Yan Cheng pun meninggal dan kematian remaja itu menyebabkan para pejabat setempat dipecat.
"Sekretaris dan Wali Kota Partai Komunis setempat dipecat karena gagal memenuhi tanggung jawab mereka," demikian pernyataan para pejabat, seperti dilaporkan AFP, Selasa (4/1/2020).
Berita tragedi itu pun memicu kemarahan dan kesedihan di media sosial. Pihak berwenang di Hubei dikritik karena menyembunyikan informasi tentang infeksi virus korona.
Di Weibo, tagar "Ayah korban anak mengalami kelumpuhan otak di Hubei berbicara" sudah dibaca lebih dari 270 juta kali pada Selasa pagi.
Tagar tentang wali kota yang dipecat dilihat sebanyak 66 juta kali.
"Saya sangat marah dan sedih," tulis seorang pengguna.
"Ini terlalu menjijikkan," kata pengguna yang lain.
Lebih dari 20.000 orang di China terinfeksi korona virus, dengan jumlah korban mencapai 425.
Sebagian besar kematian terjadi di Hubei, tempat virus korona diperkirakan muncul akhir tahun lalu dari pasar yang menjual hewan liar dan daging mereka.
Lebih dari 20 negara sudah melaporkan virus korona, kebanyakan orang yang baru-baru ini bepergian ke Hubei.
Editor: Nathania Riris Michico
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku