Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : FORMAS Ajak Rosan Temui Investor China di KEK Batang untuk Jajaki Peluang Kerja Sama 
Advertisement . Scroll to see content

Ribuan Perempuan Myanmar Dijual dan Dipaksa Menikah di China

Jumat, 07 Desember 2018 - 14:30:00 WIB
Ribuan Perempuan Myanmar Dijual dan Dipaksa Menikah di China
Para perempuan Kachin, salah satu negara bagian di Myanmar yang perempuannya dijual dan dipaksa menikah di China. (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

BEIJING, iNews.id - Ribuan perempuan dan anak perempuan di Myanmar utara saat ini diperdagangkan ke China dan dipaksa menikah. Hal ini terungkap dalam sebuah penelitian, sebagai sebuah masalah perbatasan.

China memiliki sekitar 33 juta lebih banyak perempuan daripada laki-laki karena kebijakan satu anak selama 10 tahun.

Untuk mengisi celah itu, puluhan ribu perempuan miskin dari Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam dijual sebagai pengantin setiap tahun, sebagian pergi dengan sukarela, sementara yang lain tertipu atau diperdagangkan.

Dalam penelitian pertama dari jenisnya, sebuah laporan oleh Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health memperkirakan, ada 7.500 perempuan dari Kachin yang dilanda perang dan dari Negara Bagian Shan menjadi korban pernikahan paksa di Tiongkok.

Berdasarkan wawancara dengan sejumlah orang yang melarikan diri dan kembali ke Myanmar, penelitian ini menemukan bahwa mayoritas dari mereka yang diperdagangkan juga dipaksa untuk membawa seorang anak untuk suaminya.

"Perempuan meninggalkan Myanmar karena konflik, pemindahan, dan kemiskinan," kata penulis laporan, W Courtland Robinson, seperti dikutip AFP, Jumat (7/12/2018).

"Ketidakseimbangan gender laki-laki dan perempuan di China, terutama di daerah pedesaan berarti permintaan untuk seorang istri tinggi," ujarnya.

"Seorang perempuan mengatakan, dia diperdagangkan ke China tiga kali, dan setiap kalinya dipaksa untuk melahirkan," kata Moon Nay Li dari Asosiasi Perrempuan Kachin Thailand, yang memimpin penelitian lapangan di Negara Bagian Kachin dan Shan.

"Karena ketidakstabilan politik, konflik dan perampasan tanah, keamanan bagi perempuan merupakan tantangan besar," katanya.

Pernikahan sering diatur dan ditengahi oleh keluarga perempuan sendiri dan tetua desa, dengan pengantin yang tidak dapat menolak karena mereka berada di bawah hirarki sosial.

Para perempuan termuda mendapat harga lebih tinggi dari 10 hingga 15.000 dolar.

Pasangan mereka di China biasanya pria yang lebih tua, sakit-sakitan, atau cacat di daerah pedesaan; orang-orang yang dianggap tidak diinginkan oleh etnis Han Cina. Kurangnya pengetahuan soal dokumen-dokumen atau data membuat para perempuan itu menjadi yang terbuang secara hukum.

Robinson mengatakan, beberapa perempuan menjalani pernikahan yang sukses, nmaun ada pula yang mengalami masalah persetujuan sangat kompleks dan bervariasi.

"Tetapi semua serikat pekerja harus masuk tanpa ancaman, bahaya atau hukuman," tambahnya.

Para peneliti menyerukan kepada Myanmar untuk mengakhiri konflik di Negara Bagian Kachin dan Shan, yang menelantarkan puluhan ribu perempuan. Mereke mendesak Myanmar melatih para petugas anti-perdagangan untuk menegakkan hukum dan mengakui perempuan sebagai korban.

Editor: Nathania Riris Michico

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut