TEHERAN, iNews.id - Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron bahwa pembicaraan dengan Amerika Serikat (AS) tidak akan berarti, kecuali jika sanksi dicabut. Hal itu mereka bahas lewat panggilan telepon, Rabu (11/9/2019).
Gedung Putih pada Selasa (10/9/2019) menyatakan Presiden AS Donald Trump bersedia bertemu Rouhani tanpa prasyarat, sambil tetap mempertahankan tekanan maksimum terhadap Iran.
Ukraina Kehilangan 500.000 Tentara pada 2025, Kemampuan Tempur Turun Sepertiga
Rouhani dilaporkan melakukan beberapa perbincangan dengan Macron. Pemimpin Prancis itu mempelopori upaya Eropa menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan negara-negara besar.
Kesepakatan yang disebut Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) itu beresiko kandas sejak Trump secara sepihak menarik AS dari perjanjia itu pada Mei tahun lalu dan menerapkan kembali sanksi terhadap Iran.
"Seperti yang dilihat pemerintah, parlemen, dan orang-orang Iran, bernegosiasi dengan Amerika Serikat tidak ada artinya selama ada sanksi," kata Rouhani kepada Macron, menurut situs web pemerintah, seperti dikutip AFP, Kamis (12/9/2019).
"Jika perjanjian dengan Eropa diselesaikan, kami siap kembali ke komitmen JCPOA, dan pertemuan antara Iran dan 5 + 1 hanya mungkin ketika sanksi dicabut," ujar dia, menambahkan.
Kesepakatan nuklir itu dicapai pada 2015 antara Iran dan enam kekuatan utama, yang merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yakni Inggris, China, Prancis, Rusia, AS, plus Jerman.
Kesepakatan ini memberi Iran bantuan dari sanksi sebagai imbalan karena mengekang program nuklirnya.
Setahun setelah AS menarik diri, Iran pun mulai kembali mengembangkan program nuklirnya. Ini meningkatkan persediaan uranium yang diperkaya hingga melampaui batas 300 kilogram yang ada dalam kesepakatan dan meningkatkan batas 3,67 persen serta meningkatkan sentrifugal canggih.
Editor: Nathania Riris Michico
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku