Rumah Sakit di Inggris Terpaksa Hentikan Perawatan Muslimah Positif Covid yang Koma Sebulan, Ini Kisahnya
LONDON, iNews.id - Rumah sakit di Inggris menghentikan perawatan seorang muslimah berusia 30 tahunan yang positif Covid-19 dan koma sejak sebulan terakhir. Dia koma setelah melahirkan bayi laki-laki.
Nasibnya memilukan, hakim pengadilan Inggris, Selasa (23/2/2021), memutus pasien boleh dibiarkan sampai meninggal karena berdasarkan hitung-hitungan medis penyakitnya tak bisa disembuhkan.
Rumah Sakit Universitas Leicester tempat perempuan itu dirawat mengajukan permohonan kepada hakim agar diperbolehkan mengakhiri perawatan perempuan yang tidak disebutkan identitasnya itu. Langkah tersebut dianggap rumah sakit sebagai jalan terbaik meskipun ditentang keluarga.
Pasien tak bisa disembuhkan karena menderita penyakit langka Addison, yakni kelainan pada kelenjar penghasil hormon penting dalam tubuh.
Dia dinyatakan positif Covid-19 sebelum dilarikan ke rumah sakit bulan lalu, saat kehamilannya menginjak usia 32 pekan dan siap melahirkan.
Dokter berhasil membantu persalinan melalui operasi Caesar, namun kemudian menemukan bahwa pankreas dan salah satu paru-paru perempuan tersebut tidak berfungsi lagi.
“Peluangnya untuk pulih di tengah kondisi positif Covid sangat kecil. Kami, tim medis, menyimpulkan dia tidak akan bisa diselamatkan,” kata seorang dokter spesialis, dikutip dari Sky News, Rabu (24/2/2021).
Dokter mengatakan kepada hakim, hasil pemeriksaan CT scan menunjukkan organ penting dalam tubuh perempuan itu tidak akan berfungsi normal dalam waktu panjang. Namun, keluarga mendesak agar perawatan dilanjutkan.
“Kami percaya pada keajaiban. Ketika Tuhan telah memutuskan kematian, saat itulah kami mati,” ujar adik perempuan pasien, menjelaskan kepercayaan Islam.
Namun Hakim Justice Hayden memutus, dokter secara sah diperbolehkan menghentikan perawatan pendukung hidup kepada perempuan itu. Dia menyimpulkan, mengakhiri perawatan menjadi keputusan terbaik dan perempuan itu harus diberi kesempatan ‘meninggal dengan terhormat’.
"Harapan pasien untuk hidup dipadamkan oleh virus berbahaya ini dan keluarga harus rela berpisah sebelum waktunya. Ini kesedihan yang tak bisa diucapkan dan keputusan ini tak bisa saya bayangkan," kata Hayden.
Editor: Anton Suhartono