Rumania Borong 18 Jet Tempur F-16 Belanda Cuma Seharga Rp19.200, Ternyata Bukan untuk Perang
BUCHAREST, iNews.id - Langkah mengejutkan datang dari Rumania yang baru saja menandatangani kontrak pembelian 18 unit jet tempur F-16 Fighting Falcon dari Belanda. Harga pembelian itu bikin heboh dunia, karena seluruh pesawat hanya dibanderol 1 euro atau sekitar Rp19.200.
Namun, ternyata pembelian ini bukan untuk memperkuat armada tempur, melainkan untuk tujuan pelatihan dan dukungan bagi Ukraina.
Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rumania menegaskan, pembelian ini adalah bagian dari program transfer pertahanan yang sudah dirancang bersama pemerintah Belanda. Artinya, jet-jet tempur tersebut diberikan dengan harga simbolis, bukan dalam transaksi komersial biasa.
“Pesawat-pesawat ini, yang merupakan bagian dari pusat pelatihan pilot F-16 di Fetesti, akan menjadi milik pemerintah Rumania dengan harga 1 euro,” demikian pernyataan resmi Kemhan Rumania.
Fokus untuk Latihan, Bukan Perang
Meski berbentuk jet tempur, F-16 tersebut tidak akan digunakan untuk operasi tempur. Rumania menyatakan, pesawat-pesawat itu dialokasikan untuk memperkuat pusat pelatihan pilot F-16 di Fetesti, yang saat ini juga digunakan untuk melatih pilot-pilot Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia.
Dengan fasilitas tersebut, Rumania kini berperan penting dalam pelatihan militer sekutu NATO di Eropa Timur, terutama mendukung kesiapan Ukraina di medan perang tanpa langsung terlibat dalam konflik.
Tetap Ada Biaya Tambahan
Meski harga simbolisnya hanya 1 euro, Rumania tetap menanggung sejumlah biaya tambahan. Negara itu akan membayar pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 21 juta euro, serta paket dukungan logistik senilai sekitar 100 juta euro. Biaya itu mencakup pemeliharaan, suku cadang, dan peralatan pelatihan bagi pilot.
Rumania bukan pemain baru dalam pengoperasian F-16. Negara anggota NATO itu mulai menerima jet tempur F-16 dari Portugal sejak 2016 dan kini memiliki sekitar 50 unit pesawat jenis tersebut. Penambahan 18 unit dari Belanda akan memperkuat kapasitas pelatihan dan memperluas kerja sama militer dengan sekutu Barat.
Editor: Anton Suhartono